SERANG-Menjelang peringatan Hari Pendidikan Nasional, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (BEM FH Untirta) mengajak generasi muda kritisi kebijakan publik.
Ketua BEM FH Untirta M. Oriza Sativa mengatakan, generasi muda dan masyarakat haruslah lebih sadar untuk melihat isu-isu yang lebih krusial, seperti ancaman ekonomi global yang bahkan telah mendapat sorotan luas dari publik internasional.
Hal ini ia ungkapkan mengingat situasi politik nasional banyak yang diwarnai dengan maraknya gosip politik dan pemberitaan yang menimpa sejumlah tokoh nasional.
“Mahasiswa dan generasi muda perlu lebih fokus pada permasalahan vital seperti ekonomi, pendidikan, hukum, dan agraria,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (9/4/2025).
Ia mendorong agar mahasiswa membangun pemikiran kritis yang menghasilkan rekomendasi kebijakan, bukan terjebak dalam pusaran isu-isu personal yang berpotensi menjadi alat pembunuhan karakter.
“Peran kita adalah menjadi antitesis terhadap kebijakan publik, bukan memperbesar isu-isu yang bersifat personal dan tidak produktif,” terangnya.
Ia menegaskan, persoalan utama yang harus menjadi perhatian masyarakat meliputi sektor pendidikan, ekonomi, dan reforma agraria.
Selain itu, isu mengenai dampak kebijakan luar negeri, seperti yang baru-baru, kebijakan yang diambil Presiden Amerika Serikat Donald Trump, memerlukan langkah strategis untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Di bidang pendidikan, rencana pemerintah untuk mendirikan 200 Sekolah Rakyat bagi masyarakat kurang mampu harus dikawal ketat agar tepat sasaran.
Sementara itu, sektor agraria dipandang sebagai pilar utama ketahanan pangan Indonesia ke depan.
Mewakili BEM FH Untirta, ia merasa prihatin atas situasi pemberitaan belakangan ini yang berisi pengalihan isu krusial yang strategis.
Di tengah berbagai tantangan besar bangsa, mulai dari pemulihan ekonomi, penegakan hukum, hingga pemberantasan korupsi, kata dia, justru muncul narasi-narasi yang dikhawatirkan dapat mengalihkan perhatian publik dari isu-isu strategis.
“Sebagai generasi muda yang kritis, kami menilai bahwa membangun opini berbasis dugaan tanpa bukti yang jelas bukanlah cermin dari kedewasaan demokrasi. Terlebih, ketika sosok-sosok yang sejak lama konsisten dalam memperjuangkan aspirasi rakyat justru menjadi sasaran pemberitaan simpang siur,” ujarnya.
“Kami menyerukan kepada seluruh pihak untuk tidak terjebak dalam pusaran isu yang tidak produktif,” sambungnya.
Dalam momentum menuju Hari Pendidikan Nasional, seharusnya digunakan untuk memperkuat kolaborasi dalam menyelesaikan permasalahan bangsa, bukan memperkeruh ruang publik dengan spekulasi yang menghambat kerja-kerja nyata.
“Kami mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya generasi muda untuk terus menjaga nalar kritis, memilah informasi dengan bijak, dan tetap fokus pada agenda besar Indonesia ke depan,” tutupnya. (*/Ajo)