Kedelai Naik di Masa Pandemi, Produsen Tempe-Tahu di Serang Terpaksa Naikkan Harga

SERANG – Kenaikan harga kedelai impor turut berdampak kepada para produsen tahu dan tempe di daerah. Bahkan sejumlah produsen sempat mogok produksi sejak tanggal 1 – 3 Januari 2021 kemarin.

Tidak terkecuali di Kabupaten Serang, para produsen tahu dan tempe sempat melakukan mogok produksi secara massal. Hal itu dipicu melonjaknya harga kedelai yang merupakan bahan baku pembuatan tahu dan tempe.

Berdasarkan informasi yang didapat, harga kedelai di pasaran menyentuh harga Rp 9.200 per kilogram dari yang sebelumnya Rp 7.000 per kilogram.

Salah seorang produsen tahu di Desa Pejaten, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Nasrullah mengatakan, jika dirinya sudah kembali memproduksi tahu dan tempe pasca melakukan mogok massal. Meski hal itu diakui, terasa berat menjalankan produksi di tengah harga kenaikkan kedelai.

“Iya kemarin sempat mogok tiga hari secara serentak. Tapi sekarang sudah kembali normal (produksi) lagi,” ucapnya saat ditemui di pabrik tahu miliknya, Selasa (5/1/2021).

Ia pun mengaku, meski harga kedelai mengalami kenaikkan, namun pihaknya tidak menurunkan jumlah produksi yang mencapai 2 kwintal per hari. Akan tetapi, disampaikan Nasrullah, justru hal itu membuat harga jual produksinya harus terpaksa turut dinaikkan akibat naiknya harga bahan baku.

“Kalau saya (produksi) 2 kwintal per hari. Dan itu butuh 200 kilogram kedelai. Jika harga tidak dinaikkan, dipastikan akan rugi kita. Ya walaupun konsumen pasti akan keberatan. Tapi mau gimana lagi,” ungkapnya.

Nasrullah menjelaskan, jika saat ini harga jual produksinya berkisar di angka Rp 7.000 sampai Rp 8.000 dari harga sebelumnya Rp 5.000. Sementara untuk target pemasaran berkutat untuk daerah Kota Cilegon.

Selain itu, kenaikkan harga kedelai di masa pandemi, disebut Nasrullah turut menambah beban para pengusaha tahu dan tempe. Sebab, himbauan untuk tidak melakukan kerumunan membuat masyarakat menjadi enggan untuk datang langsung ke pasar.

“Dari pemasaran aja, di pasar juga kebanyakan berkurang, karena tidak boleh berkerumun. Jadi orang yang berbelanja jadi menurun, warung pelanggan kita juga sepi,” pungkasnya. (*/YS)

Comments (0)
Add Comment