SERANG – Air bersih menjadi barang mahal yang sangat dimimpikan oleh warga yang tinggal di pinggiran saluran irigasi di 5 desa di wilayah Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang.
Dampak kekeringan yang terjadi beberapa bulan ini membuat warga di Desa Sidayu Kebon, Sujung, Tirtayasa, Laban dan Susukan Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang terpaksa menggunakan air sungai yang dipenuhi sampah untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
Dijelaskan Marsih salah seorang Warga Desa Sidayu Kebon, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, sudah bertahun-tahun warga menggunakan air di aliran irigasi untuk keperluan sehari-hari.
Air kali yang debitnya sangat sedikit itupun terpaksa digunakannya untuk mandi, mencuci pakaian, bahkan untuk konsumsi.
“Tiap hari pakai air ini (air kali-red). Nyaman enggak nyaman lah, Kalau ke baju yang putih itu bikin kuning. Ada juga yang kadang gatal-gatal, tapi tergantung orangnya. Kalau kita mah sudah biasa,” ujarnya saat ditemui sedang mencuci pakaian, Selasa (5/9/2017).
Sementara itu warga lainnya, menceritakan, pada saat musim hujan pun air disana tidak begitu bersih karena kondisi aliran air irigasi sudah dipenuhi sampah.
“Kadang ada bangkainya juga ya terpaksa diambil,” ujar Sahudi kepada wartawan, Selasa (5/9/2017).
Sebenarnya, selain sumber air itu, Sahudi mengaku sudah memiliki sumur di belakang rumahnya dengan kedalamannya sekitar 3 meter, tapi kualitas airnya sangat buruk. Bahkan jika sumur itu diperdalam, kualitas airnya bukan semakin baik malah semakin asin atau payau dan tidak dapat digunakan.
“Air sumur itu dipakai kalau kali sudah kering betul, baru diambil dari sumur,” katanya.
Jika ingin mengkonsumsi air dari kali ataupun sumur, biasanya ia mendiamkan air tersebut terlebih dahulu di dalam sebuah gentong.
“Dibiarkan sekitar satu hari satu malam sembari di beri tawas (penjernih) barulah air itu bisa digunakan, Jadi lumayan jernih kalau sudah di endapkan begitu, tapi tetap saja baunya kadang masih ada,” tuturnya.
Lanjut pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani itu, jika ingin air bersih, dirinya bersama warga lainnya terpaksa membeli air.
“Harga air bersih di jual Rp 6.000 per jerigen ukuran 20 liter. Air itu dipakai untuk konsumsi, kadang anak-anak pengen pakai air bersih, nah pakai air jerigen. 10 jerigen itu 10 hari habis biasanya,” ucapnya.
Warga di desa itu bukan tidak pernah mengajukan bantuan air bersih kepada pemerintah, bahkan setiap diadakan Musrembangdes warga selalu mengajukan agar bisa memiliki sumber air bersih. Namun sampai saat ini keinginan warga tersebut masih belum terpenuhi.
“Kalau bisa mah pengen punya sumber air, sumur bor mungkin biar airnya bersih. Atau minimal kalinya dibersihin,” tutupnya dengan wajah penuh harapan. (*)