SERANG – Polemik terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG) terjadi di SDIT Al-Izzah Kota Serang baru-baru ini.
Kabarnya, sejumlah wali murid secara tegas menyampaikan penolakan terhadap program tersebut.
Selain itu, adanya pembangunan dapur MBG di lingkungan sekolah juga turut mendapatkan penolakan yang serius.
Wali murid menilai pelaksanaan program MBG di sekolah itu tidak transparan dan melanggar kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.
Menurut informasi yang diterima Fakta Banten dari sumber wali murid, pada awal Agustus 2025, catering makan siang murid di SDIT 1 Al Izzah sudah mulai menggunakan alat makan berupa ompreng khas MBG.
Kondisi ini menimbulkan keresahan para wali murid karena menduga program MBG telah berjalan tanpa sosialisasi yang jelas.
Tidak lama kemudian, bangunan kantin dan area prasmanan yang biasa digunakan siswa untuk makan siang ditutup dan dialihfungsikan menjadi dapur MBG.
Di bangunan dapur sempat dipasang spanduk pemberitahuan, meski kemudian dicopot akibat protes wali murid. Sementara menurut informasi, proses pembangunan tetap berlangsung.
“Sebagai tindak lanjut, pihak sekolah menggelar pertemuan daring dengan wali murid melalui Zoom pada Sabtu, 16 Agustus 2025. Dalam pertemuan itu, mayoritas wali murid menyatakan penolakan terhadap program MBG dan pembangunan dapur MBG di area sekolah,” ungkap wali murid yang enggan disebutkan namanya itu, Jum’at (19/9/2025).
Menyusul hal itu, pada Sabtu, 23 Agustus 2025, pihak yayasan kembali mengundang wali murid ke GSG SDIT 1 Al Izzah untuk bertemu langsung dengan pihak terkait.
“Dalam forum tatap muka tersebut dicapai kesepakatan bahwa program MBG SDIT 1 beserta pembangunan dapur MBG di lingkungan sekolah ditolak dan dibatalkan. Kesepakatan ini bahkan terekam dalam video,” jelas narasumber lagi, seraya juga mengirimkan video dokumentasi aksi wali murid menolak MBG kepada redaksi Fakta Banten.
Meski demikian, hingga pertengahan September 2025, pembangunan dapur MBG di sekolah tersebut tetap berlanjut, dan peralatan pendukung program terus disuplai ke sekolah.
Kondisi ini memicu kekecewaan wali murid yang menilai pihak yayasan tidak konsisten terhadap kesepakatan.
“Wali murid kembali meminta klarifikasi kepada Ketua Yayasan Al-Izzah, namun respons yang diberikan dianggap tidak memuaskan,” tegasnya.
Dalam pertemuan terakhir, pihak yayasan menyampaikan bahwa mereka didatangi oleh perwakilan BGN dan TNI.
Dalam pertemuan itu disebutkan bahwa Yayasan Al-Izzah ditunjuk sebagai penyelenggara pembangunan dapur MBG.
“Pernyataan ini bertolak belakang dengan hasil kesepakatan sebelumnya, di mana program MBG tidak diwajibkan bagi siswa SDIT 1 jika wali murid mengajukan penolakan,” imbuh wali murid.
Ketidakpuasan wali murid pun berujung pada aksi nyata di sekolah. Wali murid mendesak pihak yayasan untuk menghormati hasil kesepakatan serta menghentikan pelaksanaan program MBG dan pembangunan dapur MBG yang dianggap dipaksakan.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan memadai dari pihak Yayasan Al-Izzah, sementara pembangunan dapur MBG dan distribusi perlengkapannya tetap berlangsung. (*/Ajo)