TANGERANG — Emiten energi terbarukan PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) memperkuat bisnis pengolahan sampah menjadi energi.
Proyek ini digarap lewat anak usahanya, PT Indoplas Energi Hijau, bersama perusahaan China, China Tianying Inc (CNTY).
Keduanya akan membangun fasilitas Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) di TPA Cipeucang, Tangerang Selatan, Banten.
Nilai investasinya mencapai Rp 2,6 triliun. Presiden Direktur OASA Bobby Gafur Umar menargetkan proyek dimulai awal 2026.
“Kami berharap ground-breaking bisa tahun ini. Pembangunan prasarana pengolahan sampah ini merupakan salah satu bukti komitmen pemerintah daerah dalam membenahi tata kelola persampahan di Tangsel. Nantinya PSEL Cipeucang ini akan mengolah sedikitnya 1.100 ton sampah, menggunakan teknologi MGI atau Moving Grate Incenerator, yang bisa mengolah sampah sampai 90 persen,” ujar dia, Jumat (11/4/2025).
Teknologi ini diklaim tak menghasilkan asap dan bau. Singapura sudah lama mengadopsi sistem serupa. Surat penetapan pemenang lelang proyek telah diterbitkan Pemkot Tangsel sejak 21 Maret 2025.
“Kami tinggal menunggu penunjukan formal dari Bapak Wali Kota Tangsel,” kata Bobby.
TPA Cipeucang di Serpong selama ini jadi satu-satunya tempat pembuangan akhir bagi seluruh wilayah Tangerang Selatan.
“TPA Cipeucang ini sudah penuh dan tidak lagi memadai, karena volume sampah masyarakat terus bertambah. Fasilitas pengolahan sampah yang lebih modern sangat dibutuhkan,” ucap Bobby.
Fasilitas PSEL dirancang memproses 1.000 ton sampah baru dan 100 ton sampah lama setiap hari.
Bobby menilai pengolahan sampah lama di Cipeucang sangat penting demi mengurangi pencemaran lingkungan.
Ia meyakini proyek ini bisa membantu mengurangi beban TPA yang sudah sesak.
“Yang jelas, PSEL ini nantinya akan menjadi salah satu fasilitas yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Tangsel. Selain itu, PSEL ini tidak hanya memberikan solusi modern bagi masalah persampahan, tapi juga berkontribusi pada penyediaan energi terbarukan dan ramah lingkungan,” kata Bobby.
TPA Cipeucang saat ini penuh sesak. Truk pengangkut sampah dari berbagai kecamatan harus antre panjang setiap hari.
Proyek ini digarap dengan skema build-operate-transfer (BOT). Masa konsesinya 27 tahun, masa konstruksinya tiga tahun.
CNTY menjadi pemegang lisensi teknologi yang digunakan. Perusahaan ini berpengalaman dalam pengolahan sampah di berbagai kota di dunia.
CNTY juga bergerak di sektor teknologi energi bersih bebas karbon. Teknologinya sudah mendapat sertifikasi lingkungan hidup internasional.
Bobby menilai, arah kebijakan energi Indonesia ke depan akan bergantung pada energi terbarukan. Ia yakin, tren ini membawa dampak positif bagi bisnis perseroan.
“Mengolah sampah menjadi energi (waste to energy) yang sejak awal menjadi basis bisnis kami, akan terus dikembangkan. Pengolahan sampah telah menjadi hal yang sangat penting dalam upaya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan menciptakan nilai tambah dari barang-barang yang sebelumnya dianggap tidak berguna. Dengan pendekatan dan cara yang tepat, pengolahan sampah bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru yang signifikan,” kata Bobby. (*/Kompas)