Kota Tangerang Miliki Laboratorium Halal

TANGERANG – Menyambut Tahun Baru Hijriyah 1440, Wali Kota Tangerang Arief Rachadiono Wismansyah meresmikan laboratorium halal pertama di provinsi Banten. Peresmian penggunaan laboratorium halal tersebut ditandai dengan pemberian sertifikat halal pada 107 produk dari 107 jenis usaha di Kota Tangerang.

Sebelum pembagian sertifikat, Majelis Ulama Indonesia Kota Tangerang menandatangani nota kesepahaman dengan LPPOM MUI Provinsi Banten dan Laboratoriun Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Tangerang. Penandatanganan itu sebagai pertanda beroperasinya laboratorium halal Kota Tangerang.

“Ini artinya dengan kerja sama ini insya Allah kepada seluruh masyarakat Tangerang yang ingin mensertfifikasi produknya menjadi produk halal sekarang bisa dilakukan di Lapkesda Kota Tangerang di komplek Masjid Al Azom,” kata Arief di Masjid Al Azom, Kota Tangerang, Senin (10/9).

Arief menyebut, dengan memperingati tahun baru hijriyah hendaknya menjadi momentun untuk masyarakat Tangerang semakin baik di tahun berikutnya. Terlebih para pelaku usaha di Kota Tangerang. Menurutnya, dengan laboratorium halal ini produk-produk dari Kota Tangerang bisa bersaing dengan produk lainnya.

“Program ini diharapkan memacu tumbuh dan berkembangnya produk-produk halal di Kota Tangerang selain keberkahan tentunya membawa kebaikan kota Tangerang, kota akhlakul kharimah,” kata Arief.

Selain dengan penandatanganan nota kesepahaman itu, video profil laboratorium halal ini diputar berulang di dua layar besar yang diletakkan di bagian kiri dan kanan dalam masjid. Arief menyebut, pergantian tahun baru Islam ini haruslah menjadi semangat baru untuk melakukan hal-hal yang terbaika untuk kota Tangerang.

“Tahun 1440 Hijriyah, mudah-madahan kita diberi nikmat umur, mudah-mudahan tahun baru jadi lembaran baru untuk kita semakin meningkatkan keimanan dan ketakwaan, meningkatkan ibadah kita untuk membangun kota Tangerang,” ucap Arief.

Laboratorium ini dibangun pada Oktober 2017 dan sudah beroperasi untuk menguji produk yang beredar di masyarakat. Ditemui terpisah, kepala laboratorium halal Lulik Sri Adarini menyebut laboratorium itu telah menguji sebuah sampel bakso.

Produk bakso tersebut merupakan produk pertama yang diuji di laboratorium halal Kota Tangerang. Hasil pengujiannya belum disebutkan. Bahkan saat Republika.co.id berkunjung ke dalam ruang laboratorium halal tersebut, sampel bakso masih tersimpan dalam lemari es khusus dengan suhu minus 19 derajat Celcius.

Gedung dua lantai itu bukan saja melayani pengecekan produk halal saja, Lulik menyebut laboratorium itu juga berfungsi sebagai laboratorium yang melayani pemeriksaan standar. Namun, untuk alat penguji kehalalan produk di laboratorium ini memiliki kemampuan mendeteksi DNA babi yang terkandung dalam makanan olahan ataupun dalam produk berupa dompet kulit dan lainnya.

Menurut Lulik, standar yang mereka miliki telah sama dengan laboratorium halal milik MUI pusat. Pemeriksaan halal yang menjadi salah satu pelayanan Labkesda ini kata Lulik bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik itu secara mandiri ataupun instansi untuk memeriksakan adanya kandungan babi atau alkohol. Kandungan ini bisa dilacak dalam berbagai olahan pangan, poduk luar serupa tas, ikat pinggang, dompet dan lainnya.

“Kita punya mikroskop khusus yang mampu melacak kulitnya, apakah ada campuran kulit babi atau tidak,” kata Lulik di Labkesda Tangerang.

Keberadaan laboratorium halal ini kata Lulik membantu meringankan dan mempercepat proses sertifikasi halal. Menurutnya selama ini antrean di laboratorium halal punya MUI dan laboratorium LPPOM Provvinsi membuat masayrakat ataupun pelaku usaha membutuhkan waktu yang lama.

“Dengan adanya laboratorium di Tangerang ini masyarakat lebih mudah mengaksesnya, nggak perlu jauh-jauh melakukan uji lab ke LPPOM Provinsi, bisa langsung ke sini,” kata Lulik.

Laboratorium halal bisa difokuskan untuk proses sertifikasi hasil olahan pangan yang diproduksi oleh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Dengan mudahnya pengecekan produk halal, pemerintah Kota Tangerang berharap dapat membantu menggerakkan pelaku usaha mikro kecil dan menengah di Kota Tangerang.

Laboratorium dengan 25 pekerja tersebut memiliki tiga jenis laboratorium, yaitu laboratorium klinik, laboratorium makanan dan minuman serta laboratorium lingkungan. Untuk menganalisa DNA babi, laboratorium ini memakai seprangkat alat bernama Polymerase Chain Reaction (PCR) yang diimpor dari Jerman. Peralatan tersebut, menurut Lulik adalah peralatan paling terbaru. Laboratorium ini pun baru saja beroperasi setelah berhasil melakukan uji fungsi, set up ruangan, pelatihan, dan pendukung operasionalnya.

“Butuh pelatihan untuk para operatornya, karena ini alatnya baru semua,” kata Lulik.

Selain menajdi salah satu uji pelengkap dan penunjang untuk sertifikasi label halal. Laboratorium ini juga menjadi uji komfirmasi atau pemastian analisis dalam rangka pemeriksaan yang berkaitan dengan aspek hukum syariat Islam tentang fatwa haram atau kehalalan suatu produk baik makanan atau minuman.

“Ini memberikan keamanana dan ketenangan pada masyarakat,” kata Lulik.

Tiga jenis pemeriksaan kehalalan yang dimiliki olehlaboratorium halal ini berupa deteksi DNA babi dalam suaru olahan pangan yang berasala langsung dari hewani. Lalu ada jensi pemeriksaan devitarisasi bagian dari tubuh hewan pada produk kulit, baik itu pangan, produk tas dan lainnya. Jenis terakhir adalah pendeteksian kandungan alkohol pada produkmakanan dan minuman yang diuji secara kualitatif dan kuantitatif.

Dalam pengujian DNA babi laboratorium ini memakai alat PCR real time yang mempunyai sensitivitas dan spesifikasi tinggi untuk memisahkan dan mendeteksi DNA babu yanng terdapat dalam fragmen daging dari produk olahan yang teah diesktraksi terlebih dahulu.

“Bahkan kalau sudah bercampur sekalipun, kami memiliki alat untuk memisahkannya,” kata Lulik.

Biaya pengecakan DNA babi adalah Rp 1,2 juta untuk sekali uji dan membutuhkan waktu paling lama tujuh hari untuk melihat hasilnya. Untuk pengujian alkohol, laboratorium dengan ruangan khusus untuk pengujian kehalanan ini memakai alat GCFID Hs (Gas Kromatografi, detektor FID, Head Speace) buatan Jerman yang memiliki sensivitas tinggi untuk senyawa alkohol. Menurut Teknis Medis Abik, mesin ini baru saja beroperasi dan berharga Rp 1 miliar lebih.

“Alat ini seri terbaru dan paling baik dalam analisisnya,” kata Abik.

Sementara itu untuk menganalisa kulit, mereka menggunakan mikroskop makro dengan kemampuan 10 kali pembesaran yang dilengkapi dengan analisa titik dan tekstur khusus kulit babi. “Kalau analisa yang ini bisa lebih cepat, paling lama tiga hari sudah keluar hasilnya,” jelas Abik. (*/Republika)

Labkesda Kota TangerangLPPOM MUI Provinsi Banten
Comments (0)
Add Comment