TANGERANG – Ratusan warga Kampung Palem Nuri, Kelurahan Panunggangan Barat, Kota Tangerang, memilih bertahan di lahan kuburuan di sebelah lahan rumah mereka yang digusur. Salah satunya adalah keluarga Ilyas yang memilih menggelar kasur di atas gundukan kuburan dan batu nisan.
“Sejak penggusuran di sini, (bersama) anak dua, yang satu sudah SD,” ujar Ilyas saat ditemui di pemakaman umum Kampung Palem Nuri, Kamis (7/12/2017).
Dengan batu nisan menjadi bantal dan gundukan kuburan menjadi guling, pria berusia 36 tahun ini mengaku kerap terbangun untuk menjaga anak-anak dari gigitan nyamuk. Belum lagi, kata dia, rasa was-was karena musim penghujan.
Sebelumnya, warga sudah melakukan pertemuan dengan Kepala Lurah Panunggangan Barat Ahyar Herudin untuk memberikan izin tinggal di rumah susun sewa (Rusunawa) yang tidak jauh dari lokasi penggusuran. Akan tetapi, kata Ilyas, lurah hanya mengizinkan warga menempati teras rusun dan diberi waktu kurang lebih hanya satu pekan.
“Udahlah tinggal di sini (teras) saja sementara, jangan tidur di dalam (rusun) satu-satu, di depannya saja,” ujar Ilyas mengulang ucapan lurah Panunggangan Barat.
Mendengar jawaban tersebut, warga lebih memilih untuk tidur di kuburan. Ilyas juga mengeluhkan, tidak ada sedikit pun santunan atau sumbangan dari pemerintah pasca-penggusuran. Makanan dan MCK untuk warga tergusur kini dibuat swadaya dan mengandalkan sumbangan dari kampung Bima yang bersebelahan dengan kampung Palem Nuri yang tergusur. (*/Republika)