TANGERANG – Kementerian Kesehatan RI mengimbau masyarakat untuk mewaspadai wabah penyakit leptospirosis, yang kerap muncul pada sejumlah kawasan kotor dan lembab karena banjir.
Kementerian Kesehatan menyebutkan leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi.
Beberapa hewan yang bisa menjadi perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi.
Leptospirosis dapat menyebar melalui air dan tanah yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri leptospira.
Seseorang dapat terserang Leptospirosis, jika terkena urine hewan tersebut atau kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi.
Sementara dilaporkan, bahwa ada 10 kasus kematian akibat terserang wabah leptospirosis di Kabupaten Tangerang, yakni dalam kurun waktu Januari hingga Desember 2022.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, mengatakan wabah leptospirosis di Tangerang adalah penyakit yang disebabkan oleh kencing tikus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kabupaten Tangerang, dr Sumihar Sihaloho menyebutkan total ada 49 kasus penyakit leptospirosis selama 2022.
Dimana, lanjutnya, rata-rata korbannya terjangkit penyakit leptospirosis tersebut dari cemaran lingkungan sekitar yang tidak bersih.
“Data dari Januari sampai Desember 2022 ada 49 kasus dan sampai sekarang tahun 2023 ada satu kasus. Dari kasus itu terdapat 10 orang korban meninggal dunia,” ucap Sumihar, Kamis (9/3/2023).
Ia menyebutkan, meski jumlah kasusnya mencapai puluhan bahkan 10 orang diantaranya meninggal dunia, statusnya hingga kini belum ditetapkan sebagai wabah kejadian luar biasa (KLB), karena kejadian kasus leptospirosis kali ini tidak terfokus pada daerah tertentu.
“Kami juga tetap mengimbau kepada masyarakat terutama yang bekerja di sektor pertanian agar selalu menggunakan alat pelindung seperti sepatu bot dan sarung tangan serta rajin mencuci tangan,” ujar dr Sumihar.
Ia mengungkapkan, dalam menangani wabah penyakit ini, Pemerintah Kabupaten Tangerang juga tengah menyiapkan langka-langkah pencegahan dan penekanan kasus tersebut.
Diantaranya, adalah melakukan surveilans sentinel kasus dengan melakukan pemasangan trap tikus di sekitar tempat tinggal pasien positif leptospirosis, serta melakukan pembedahan tikus untuk mengambil sampel tikus yang nantinya dicek di BBTKLPP Kemenkes dan Dinkes Provinsi Banten.
Selanjutnya, melakukan skrining pada pasien/orang yang bergejala dengan penggunaan rapid test.
“Kemudian kita akan bekerja sama dengan lintas sektoral untuk menggiatkan dan mengedukasi kepada masyarakat desa tempat tinggal pasien,” ungkapnya.
Dia menambahkan, penyakit leptospirosis merupakan jenis penyakit yang mudah menular di tempat yang lembab, seperti di lokasi banjir dan lain sebagainya.
Apalagi di Kabupaten Tangerang sendiri saat ini termasuk wilayah lembab, akibat sering dilanda banjir.
“Jadi leptospirosis dapat menyebabkan kematian oleh karena itu diharapkan kewaspadaan dan lakukan pencegahan,” kata dia. (*/Red)