Pedagang Janur dan Kulit Ketupat di Cilegon Mulai Diserbu Pembeli

CILEGON– Menjelang 15 Ramadhan 1440 Hijriyah yang jatuh pada hari Senin (20/5/2019) besok, para pedagang dadakan daun muda kelapa atau janur kuning terlihat ramai menjajakan dagangannya di berbagai tempat. Seperti di Pasar Kranggot, kota Cilegon, sejumlah pedagang janur kuning terlihat di berbagai sudut pasar menjajakan dagangannya. Minggu (19/5/2019).

Janur yang merupakan bahan alami untuk membuat kerangka ketupat. Kebutuhan akan janur meningkat lantaran di Kota Cilegon terdapat tradisi keagamaan yang disebut ‘qunutan’. Dalam tradisi ini hampir setiap masyarakat di perkampungan kota yang sempat dijuluki kota santri tersebut, ramai-ramai membuat sajian ketupat.

Kalau dulu masyarakat Cilegon mendapatkan Janur gratis, karena tinggal mengambil di pohon kelapa langsung secara gotong royong yang masih banyak tumbuh. Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin berkurangnya pohon nyiur tersebut, kini masyarakat mau tidak mau harus membelinya.

“Seikat isi sepuluh helai harganya Rp. 5000,- kalau beli tiga gak papa Rp. 10.000,-. Kalau yang sudah jadi (bentuk kerangka kupat) harganya sepuluh biji Rp. 7500,-” kata salah satu pedagang, Marzuki.

Setelah diolah menjadi kuliner spesial untuk menu berbuka puasa dan sahur, ketupat biasanya disajikan dengan olahan kuliner lauk seperti opor ayam kampung, rabeg dan sayur santan ini, pada sore hari atau ba’da Shalat Tarawih masyarakat membawanya ke masjid atau langgar setempat untuk menggelar ritual riungan.

“Di Cilegon mah ngupat (bikin ketupat) bukan hanya lebaran saja, justru masyarakat banyak yang bikin ketupat di waktu qunut. Kemudian buat ngeriung, tradisi ini sebagai ungkapan rasa syukur kami sudah menunikan separuh bulan puasa wajib Ramadhan,” kata salah satu warga Cilegon, Mabruroh yang ditemui usai membeli Janur. (*/Ilung)

Honda