JLS Cilegon Marak Galian C dan Hiburan Malam, Mahasiswa: Apakah JLU Nanti Begitu?

Sankyu

CILEGON – Pembangunan infrastruktur jalan selain bisa membawa dampak positif perekonomian dan bisa mengurai kemacetan, namun juga pasti memiliki dampak negatif. Dampak negatif itulah yang harus menjadi pertimbangan dan perhatian semua pihak, khususnya pemerintah selaku pihak yang diberi amanah dan digaji rakyat dalam menjalankan pembangunan.

Seperti pada pembangunan Jalan Lingkar Selatan (JLS) atau Aat-Rusli oleh Pemkot Cilegon, yang mendapat sorotan dari Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kota Cilegon Rikyl Amri. Ia mencatat banyaknya dampak negatif sejak awal pembangunan JLS dan justru makin marak hingga saat ini.

“Bukan kita menolak pembangunan, kita sangat mendukung sejauh itu maslahat buat masyarakat. Tapi lihat JLS, sejak awal pembangunan saja sudah muncul tambang pasir liar yang masih dilakukan secara manual, dan sampai sekarang masih saja berjalan sampai sudah ada yang punya lebih dari 3 beko. Apa mereka legal lalu terus dibiarkan?” ungkapnya, kepada Fakta Banten, Jumat (10/1/2020) malam.

“Dan misalkan mereka legal punya ijin Galian C, apa dasarnya? Banyak kan bekas tambang tidak dilakukan rekondisi. Aktivitas tambang pasir jelas merusak alam gitu, pepohonan tumbang, polusi udara, kawasan hulu sebagai serapan air hujan hilang, dan banjir beberapa tahun belakang apa tidak jadi perhatian pelajaran,” imbuhnya tegas.

Selain tambang pasir yang dianggapnya kerap merugikan masyarakat yang seakan tidak berdaya menolak, Rikyl juga menyoroti soal makin maraknya kemaksiatan dengan keberadaan banyaknya tempat hiburan malam di kawasan Gerbang Timur JLS.

“Sudah fisik alam rusak, terus masa moral masyarakat rusak oleh maraknya hiburan malam, peredaran minuman keras dan wanita-wanita seksi di sana, dan kenapa ini juga dibiarkan oleh pemerintah. Apa ini yang dimaksud pembangunan dan kemajuan? Kan polisi juga tahu kasus pembunuhan di Waringin pelakunya habis nenggak miras di JLS,” bebernya.

Sekda ramadhan

“Beda wilayah selalu jadi alasan. Kalau serius mah Pemkot Cilegon kan bisa koordinasi dengan aparatur di Serang. JLS yang bangun Pemkot Cilegon, harus tanggung jawab dong, agar tidak jadi ‘dosa jariyah’ bagi penggagasnya,” tambahnya.

Struktur ruas JLS yang saat hujan turun kerap tergenang air di banyak titik, juga tak lepas dari kritikan Rikyl Amri. Ia menilai kualitas pembangunan JLS masih sangat buruk dan harus menjadi evaluasi ke depan bagi Pemkot Cilegon dalam pelaksanaan pembangunan jalan, khsususnya dinas terkait.

“Berapa kali ruas JLS dibongkar atau diganti, dari aspal amblas hingga dibeton sekitar 4 tahun yang lalu kini kondisinya sudah banyak yang berlubang dan retak. Parahnya setiap hujan turun banyak titik dari Ciwandan hingga PCI yang tergenang air. Ini kok seperti gagal konstruksi?” ungkap Rikyl.

Padahal menurutnya, sudah banyak yang tahu dan pihak Pemkot Cilegon mustahil beralasan tidak tahu, kalau setiap hujan di JLS pasti banyak genangan air hingga membuat macet dan merugikan para pengendara yang melintasinya.

“Dan saya sebagai pengguna jalan terkadang resah, sampai saat ini belum ada tindakan pasti dari pihak dinas terkait di Pemkot Cilegon. Kami harap itu perlu dikaji kembali. Seperti apa sih blue print perencanaannya, bagaimana bentuk pencegahan dan penanganan dampak buruk pembangunan,” terangnya.

“Adanya JLS marak tambang pasir, tempat hiburan malam, dan saat hujan tergenang. Apakah JLU juga nanti begitu?” tandasnya. (*/Ilung)

Honda