Diguyur Hujan Lebat, 7 Wilayah di Kota Serang Terendam Banjir

SERANG – Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Serang, Diat Hermawan mengatakan, akibat hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Kota Serang sejak semalam membuat 7 wilayah di Kota Serang mengalami kebanjiran.

“Udah ada 7 titik (banjir),” ucapnya kepada faktabanten.co.id saat dikonfirnasi melalui sambungan telepon, Sabtu (1/2/2020) siang.

Dijelaskan Diat, ketujuh titik tersebut meliputi Komplek Citra Gading, Sekre Rapida Banten, Komplek Untirta, Kampung Pageur Agung Walantaka, Komplek Grand Sutera, Perumahan Persada Banten dan Link Kepuren dengan ketinggian air 30 sampai 50 centimeter.

Menurutnya, hujan lebat yang mengguyur Kota Serang sejak Jumat (31/1/2020) malam hingga Sabtu (1/2/2020) dini hari tadi menjadi faktor utama terjadinya banjir di beberapa wilayah di Kota Serang.

“Kalau yang terparah itu di Komplek Persada,” ujarnya.

Dari tujuh lokasi banjir tersebut, lanjut Diat, ada beberapa lokasi merupakan area yang kerap menjadi langganan banjir dan ada yang memang menjadi titik baru terjadinya banjir.

“Dari pengalaman, ada yang baru, ada yang lama juga. Kalau yang langganan itu di Komplek Untirta, kalau yang baru itu di Perumahan Persada Banten,” ungkapnya.

Selain karena hujan lebat, diakui Diat, pihaknya tidak mengetahui secara pasti penyebab terjadinya banjir di beberapa wilayah di Kota Serang.

“Entah apa penyebabnya, karena bukan tupoksi kita. Tapi kalau analisa kami, paling melihat ke sungai, sedimentasi tinggi. Sungai yang harusnya diisi air, ini diisi lumpur dan sampah, ya pasti meluap,” tukasnya.

Sementara itu, salah seorang warga Kompleks Perumahan Grand Sutera Kelurahan Teritih, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, Ken Supriono menuturkan, selain karena dangkalnya sungai yang berada tidak jauh dari tempatnya, adanya pembangunan perumahan yang berada tidak jauh dari tempatnya turut menjadi penyebab rutinnya banjir melanda Komplek Grand Sutera.

“Sudah rutin, kalau hujan lebat aja. Ini semenjak ada pembangunan perumahan cendana itu yang juga turut mengurug sawah-sawah. Kalau sebelum ada itu (perumahan) gak pernah banjir kok disini,” ungkap Supri.

Untuk itu, ia berharap kepada pemerintah daerah agar melakukan kajian AMDAL secara mendetail sebelum memberikan izin bagi pembangunan perumahan-perumahan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif yang merugikan masyarakat lain.

“Buat pemerintah, amdalnya diuji yang bener. Biar nanti ga merugikan orang lain juga,” pungkasnya. (*/YS)

Honda