7 Pabrik Lumpuh Diobrak-Abrik Baja Impor

 – Dalam rapat terbatas pada hari ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) membahas soal impor baja yang dilakukan Indonesia. Baja menjadi komoditas impor terbesar ketiga Indonesia. Kondisi ini membuat produsen baja dalam negeri terjepit.

JAKARTA – Tren impor baja di Indonesia setiap tahun meningkat. Pada 2015 impor baja masih 5,2 juta ton, lalu pada 2019 menembus 6,9 juta ton. Kondisi ini perlahan membunuh industri baja domestik. Dari nilai impor itu 90% berasal dari 5 negara utama, antara lain China, Jepang, Taiwan, Vietnam, dan Korea.

Dalam dokumen Krakatau Steel 2020: Penguatan Industri Baja Domestik, yang diterima CNBC Indonesia, lonjakan baja impor dari China hingga Vietnam menyebabkan utilisasi pabrik hanya ada yang mencapai 35% dari kapasitas seharusnya terutama di industri baja yang memproduksi jenis CRC. Utilisasi pabrik baja jenis wire rod, bar, dan section juga rendah hanya 38% dari kapasitas terpasang.

Catatan The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), setidaknya ada 7 produsen baja dari 218 anggota IISIA di dalam negeri yang menghentikan produksi atau memangkas produksi, yaitu:

✓ Sarana Central menghentikan lini produksi zinc steel

✓ Bluescope menurunkan produksi zinc alumunium plywood sampai 50% dari produksi normal

✓ Tata Metal Lestari, Essar, dan satu pabrik lainnya menurunkan produksi zinc steel sampai 40-50%

✓ Satu produsen menghentikan beberapa lini produksi wire rod

✓ Krakatau Steel menghentikan lini produksi wire rod pada akhir 2018. Juga menurunkan produksi section and bar mill sampai 50%.

Ketua Umum Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (The Indonesian Iron & Steel Industry Association/IISIA), Silmy Karim, pernah mengatakan pabrik baja yang sudah tutup hingga 7 pabrik.

“Industri hilir baja sudah tutup tujuh pabrik, kemudian kita kehilangan demand,” kata Silmy.

Jumlah pabrik tutup yang diklaim Silmy lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Direktur Eksekutif IISIA dalam wawancara dengan CNBC Indonesia pada November 2019 lalu mengklaim, 3 pabrik baja tutup akibat rendahnya utilisasi saat ini yang kemudian berdampak pada PHK pekerja pabrik baja.

Silmy yang juga Dirut PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) menuturkan tekanan yang ada saat ini bisa mengancam KRAS ke depannyan sebab KRAS memproduksi produk baja untuk industri.

Selama ini, baja impor yang masuk ke pasar antara lain jenis HRC, CRC, WR Carbon, Bar Carbon, Bar Alloy, Section Carbon, Carbon Steel, Alloy Steel dan lainnya. Padahal untuk baja jenis HRC dan plat dalam posisi over supply.

Solusinya, utilisasi baja harus ditingkatkan tentunya dengan permintaan ditambah, caranya keran impor harus ditutup. Langkah ini diambil mengingat permintaan baja dalam negeri terus bertambah. (*/CNBC)

Honda