Pengamat Sebut Corona Pertegas Ketergantungan Indonesia kepada China

JAKARTA – Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani, menyebutkan bahwa pandemi virus corona semakin mempertegas ketergantungan Indonesia terhadap Cina. Ketergantungan ini terjadi untuk rantai pasokan atau supply chain.

“Ketika Cina punya problem itu sangat berpengaruh ke Indonesia. Pertama dari pariwisata, lalu merambah ke manufaktur,” ujar Aviliani dalam diskusi Smart FM, Sabtu, (25/4/2020).

Aviliani menilai, pada saat ekonomi Cina lesu dan produksi menurun, Indonesia kelabakan untuk mencari rantai pasokan dari negara-negara lain. Dari kondisi ini pula, ia memandang Indonesia selama ini belum membuka diri terhadap negara-negara di luar Cina.

Menurut Aviliani, semestinya setelah pandemi virus corona berakhir, Indonesia harus menjalin peluang dengan negara-negara lain di luar Cina. Indonesia, kata dia, mesti menjadi bagian dari rantai pasokan, bukan lagi negara yang tergantung pada impor.

“Maka policy-nya dari pemerintah juga harus mulai diubah. Jadi ke depan, kita fokusnya value chain,” ujar Aviliani.

Sebelumnya, ekonom Indef lainnya, Ahmad Heri Firdaus, juga berpendapat serupa. Ia mengatakan bahwa produk Indonesia masih sangat bergantung pada bahan baku impor dari Cina. Ahmad menyebut, misalnya untuk impor komponen ponsel, Cina memberikan 62 persen, Hongkong 22 persen, dan Taiwan 8,9 persen.

“Dalam kondisi ini, seharusnya Indonesia melakukan diplomasi bilateral dengan Hong Kong dan Taiwan untuk negoisasi apakah kedua negara tersebut mampu menggantikan peran Cina dalam mensupport komponen HP dan sebagainya,” kata Ahmad, 15 Maret lalu. (*/Tempo)

Honda