Ketum PB PII 1989-1992: Menarik Hikmah dari Tragedi Menteng Raya 58

Sankyu

JAKARTA – Tragedi Menteng Raya 58 telah mendapat banyak sorotan hingga ke luar negeri. Bahkan tak sedikit Kader dan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KBPII) memberikan dukungan terhadap para korban.

Ketua Umum Pengurus Besar PII periode 1989-1992 Agus Salim turut menarik hikmah dari tragedi Menteng Raya Berdarah ini.

“Tragedi memilukan itu terjadi di era rezim yang didominasi oleh Nasionalisme Sekuler yang haus kekuasaan dan condong ke Cina,” tulisnya di harianmerdekapost.com, Sabtu (17/10/2020).

Menurutnya, pendekatan premanisme dan represif Nampak menghiasi kehidupan demokrasi dan politik.

“Institusi-institusi vital kenegaraan sebagai pengambil kebijakan, serta saluran keadilan dan hukum telah mereka cengkeram. Apapun perkara yang timbul didorong masuk dalam saluran itu. Begitu nuansa mekanisme kenegaraan yang berlaku, tidak terkecuali terhadap masalah UU Omnibus Law, RUU HIP, dan lain-lain,” tambahnya.

Sekda ramadhan

Agus Salim menganalisa, hal-hal yang terjadi nampak telah diatur dengan rapi untuk melanggengkan kekuasaan. Sementara kondisi kelembagaan politik umat masih memprihatinkan.

Agus Salim mengajak seluruh kader dan KB PII dan KB GPII untuk semestinya menghentakkan kesadaran perlunya segera menarik hikmah dari tragedi ini.

“Pertama, konsolidasi gerakan, baik PII maupun GPII. Selain kaderisasi juga perluasan dan syiar gerakan di kalangan pelajar dan pemuda dengan memanfaatkan berbagai media, terutama media sosial,” ajaknya.

Hikmah kedua, KB PII perlu merumuskan garis perjuangan yang jelas di tengah keprihatinan atas kondisi keumatan dan kebangsaan, “Sehingga secara organisatoris gerakan ini dapat memposisikan dan memerankan diri secara tepat. Dasar pemikirannya hanya satu, untuk kepentingan Islam dan umat Islam, bukan mempertimbangkan personal,” tegasnya.

“Ketiga, perlunya revitalisasi gerakan dengan mempertajam gerakan amar ma’ruf nahi munkar, antara lain dengan mengaktifkan gerakan social control atas berbagai bentuk penyimpangan dan kezaliman,” imbuh Agus.

Keempat, Agus menarik hikmah, “Upaya penyelamatan umat dari terkaman kepentingan politik sekuler dengan cara melakukan program edukasi politik,” pungkas Agus. (*/Red/Net)

Honda