Pilpres Amerika, Trump Keluarkan Gelagat Tolak Kekalahan

Sankyu

JAKARTA – Pertarungan sengit perolehan suara pada Pilpres Amerika 2020 kian menjadi. Di sejumlah negara bagian sang petahana Donald Trump dari Partai Demokrat tampak kalah.

Namun tahapan perhitungan hasil perolehan suara dari dua kandidat presiden AS masih terus berlanjut dengan sangat. Suara dari sejumlah negara bagian penting, Arizona, Georgia, Wisconsin, Michigan dan Pennsylvania.

Arizona tampak condong ke Joe Biden, sehingga capres Partai Demokrat itu harus menang di dua dari tiga negara bagian Wisconsin, Michigan, dan Pennsylvania untuk menjadi pemenang pilpres.

Tapi Joe Biden terlihat tertinggal dari Trump di ketiga negara bagian tersebut, namun belum semua kertas suara dihitung.
Hasil perhitungan suara akan ditentukan oleh puluhan juta suara lewat pos yang belum dihitung.

Ada lebih dari 1,4 juta kertas suara di Negara Bagian Pennsylvania yang dikirim melalui pos, dan bisa jadi perlu waktu berhari-hari untuk menghitung semuanya.
Kota-kota besar di Michigan (Detroit) dan Wisconsin (Milwaukee) juga belum menghitung semua kertas suara.

Trump Umumkan Kemenangan

Seakan tak ingin didahului Donald Trump sudah mengumumkan kemenangannya sebelum waktunya.
Padahal sejumlah suara masih belum dihitung.

Trump mengklaim bahwa dirinya telah memenangi pemilu secara mutlak tanpa bisa memberikan rincian kemenangan secara gamblang.

“Kami sudah bersiap-siap untuk memenangkan pemilihan ini. Terus terang, kami sudah memenangkan pemilihan ini,” kata Trump dalam pidato di Gedung Putih.
Tanpa memberikan bukti apapun, ia melanjutkan dengan klaim bahwa telah terjadi “kecurangan” pemilu.

“Ini penipuan besar-besaran di negara kita. Kita ingin hukum digunakan secara tepat. Jadi, kita akan pergi ke Mahkamah Agung AS. Kita ingin semua pemungutan suara dihentikan.”Katanya.

Para pendukung Demokrat dan bahkan beberapa pendukung sang presiden segera merespons.

Saingan Trump dari Partai Demokrat, Joe Biden, mengatakan pemilu belum berakhir “sampai setiap surat suara dihitung”.
“Kami berada di jalur untuk menang,” tegasnya.

Manajer kampanye Biden, Jen O’Malley Dillon, menyebut pernyataan Trump “keterlaluan, belum pernah terjadi, dan tidak benar”.

“Itu keterlaluan karena jelas-jelas merupakan upaya untuk merampas hak-hak demokrasi warga Amerika,” katanya.
“Ini pertama kalinya terjadi karena belum pernah dalam sejarah kita seorang presiden Amerika Serikat berusaha untuk melucuti suara rakyat Amerika dalam pemilihan nasional.”

Alexandria Ocasio-Cortez dari Partai Demokrat, yang memenangkan pemilihan kembali untuk kursinya di Kongres, mengecam klaim Trump sebagai “tidak sah, berbahaya, dan otoriter”.

“Hitung suara. Hormati hasilnya,” ujarnya dalam sebuah cuitan di Twitter.

Bahkan beberapa pendukung partai Trump sendiri, Partai Republik, menyuarakan kekhawatiran.

Sekda ramadhan

Salah satunya mantan Senator Republik dari Pennsylvania, Rick Santorum. Ia “sangat terganggu” dengan komentar Trump.

“Menggunakan kata penipuan, menurut saya itu salah,” ujarnya di CNN.

Dan Ben Shapiro, komentator berhaluan konservatif dan kritikus Trump, dalam sebuah twit menyebut komentar Trump “sangat tidak bertanggung jawab”.

Setelah Trump berbicara, Wakil Presiden Mike Pence mencoba menghaluskan ucapannya, menolak untuk mendeklarasikan kemenangan dan menegaskan bahwa semua suara yang diberikan secara sah akan dihitung.

Akan tetapi kerusakan sudah terlanjur terjadi, kata wartawan BBC di Amerika Utara, Anthony Zurcher.

“Terlepas Trump pada akhirnya menang atau kalah, ia telah mempermasalahkan pemilihan ini, karena ia mempertanyakan mesin demokrasi Amerika itu sendiri,” kata Zurcher.

Pandemi virus corona menyebabkan lonjakan dalam jumlah pemilih AS yang memilih untuk memberikan suara mereka lebih awal lewat pos, yang memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk menghitung surat suara.

Di beberapa negara bagian, penghitungan surat suara mungkin perlu waktu berhari-hari.

Anthony Zurcher berkata pemilu AS kini memasuki “skenario kiamat yang ditakuti banyak warga Amerika, ketika presiden Amerika Serikat sendiri – dari Gedung Putih – memperkeruh penghitungan suara.”

Trump telah mengatakan ia akan menolak untuk mengakui kekalahan jika ia kalah dalam pemilihan.

Dalam beberapa pekan terakhir, ini telah menyebabkan perdebatan yang sangat tidak biasa mengenai apakah angkatan bersenjata, dinas rahasia atau polisi akan dipanggil untuk secara paksa menurunkan presiden AS yang dibarikade di dalam Gedung Putih.

Joe Biden Klaim Menang

Persaingan ketat kini mengerucut pada segelintir negara bagian: Arizona, Wisconsin, Michigan, Pennsylvania, dan Georgia. Setiap gugatan hukum harus melalui pengadilan negara bagian terlebih dahulu, sebelum diteruskan ke Mahkamah Agung. Artinya, hasil pemilihan presiden AS 2020 berpotensi perlu waktu berhari-hari untuk diketahui.

Sementara itu, ada kekhawatiran bahwa ketidakpastian hasil bisa menimbulkan keresahan dalam bentuk protes dan bentrokan.

Bahkan saat hari pemilihan hampir berakhir, ada bentrokan dan ketegangan dalam protes yang diadakan di beberapa bagian negara, termasuk di depan Gedung Putih.

“Skenario terburuk mulai terwujud, dengan Biden mengklaim Ia dalam jalur menuju kemenangan dan Trump melontarkan tuduhan tidak berdasar tentang penipuan dan kecurangan pemilu,” kata Zurcher.

“Ini resep untuk perselisihan dan persengketaan di pengadilan yang berlarut-larut, berakhir dengan pendukung di pihak yang kalah merasa marah dan tertipu.” (*/Tribunnews)

Honda