Minta Harga Kedelai Diturunkan, 150 Perajin Tempe di Tangsel Mogok Produksi

TANGSEL – Ratusan perajin tempe di Tangerang Selatan menjerit menghadapi kenaikan harga bahan baku kedelai. Para perajin mengaku tidak sanggup memproduksi makanan kesukaan warga Indonesia jika tidak ikut menaikan harga jual tempe.

Koordinator Kampung Tempe, Pamulang Tangerang Selatan, Turipah mengakui saat ini para perajin tempe sana sedang mogok produksi. Hal itu menyusul tingginya harga bahan baku kedelai, sebagai bahan baku utama pembuatan tempe di lokasi tersebut.

“Mogok sebagai bentuk protes atas kenaikan harga bahan kedelai, sekaligus merespons arahan dari Sahabat Perajin Tempe Pekalongan (STP) Indonesia yang menyerukan mogok sampai Minggu (3/1/2021),” jelas Turipah, kordinator kampung perindustrian Tempe Kedaung, Tangsel, Sabtu (2/1/2021).

Dijelaskan Turipah, kedelai sebagai sumber utama pembuatan tempe saat ini masih menjadi komoditas yang harus diimpor pemerintah Indonesia untuk memenuhi kebutuhan tempe di Tanah Air.

“Kita tahu bahan baku kedelai masih banyak diimpor. Pertanyaannya kenapa saat ini nilai tukar dolar stabil, tapi harga kedelai malah dinaikan,” kata pemilik usaha Kripik Tempe Macaca ini.

Menurut dia, terdapat sekitar 150 perajin tempe yang ada di kawasan Kampung Tempe, Kedaung, Pamulang, Tangerang Selatan. Seluruhnya memproduksi tempe dan produk olahan lain yang berasal dari kacang kedelai tersebut.

“Setiap perajin ada satu sampai dua pekerja. Di sini masih skala usaha kecil dan mikro. Maka kenaikan harga ini sangat memengaruhi kami,” katanya. (*/Mdk)

Honda