Ekonomi 2020 Anjlok, Pemprov Banten Genjot Pertanian dan Kelautan

Ks ramadhan

SERANG – Badan Pusat Statistik (BPS) Banten tercatat, ekonomi Banten terpuruk se-Pulau Jawa. Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) se-Pulau Jawa pada tahun 2020, Banten mengalami minus yang paling tinggi dibanding provinsi lainnya.

Ekonomi Banten yakni minus -3,38, disusul oleh Yogyakarta -2,69, kemudian Jawa Tengah -2,65, Jawa Barat -2,44, Jawa Timur, -2,39, dan Jakarta -2,36.

Perlu diketahui, dalam datanya BPS Banten merilis, ekonomi Banten tahun 2020 turun 3,38 persen, dibanding capaian tahun 2019 yang tumbuh 5,29 persen.

Kondisi itu membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten harus berkerja keras, dalam rangka menumbuhkan perekonomian, terlebih di masa pandemi Covid-19.

Pasalnya, dalam catatan Dinas Pertanian Provinsi Banten, ada sejumlah sektor di wilayah Banten yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi ditengah pandemi Covid-19.

Sektor pertanian misalnya, memiliki banyak program unggulan yang dapat mendorong perekonomian Banten, seperti program peningkatan produksi kedelai hingga mencapai 15.050 hektare. Sedangkan Dinas Kelautan dan Perikanan melalui budidaya perikanannya.

Kepala Dinas Pertanian Banten, Agus M. Tauchid dalam keterangan tertulisnya, Jumat (5/2/2021) mengatakan, program 2021 yang sudah tercantum dalam APBD Banten 2021 banyak yang menyentuh pada upaya peningkatan skala usaha ekonomi dan skala kawasan.

Salah satu yang menjadi program Dinas Pertanian adalah peningkatan produksi kacang kedelai skala luas sebesar 15.050 hektare.

Sekda ramadhan

“Ini untuk merespons kekurangan produksi kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe,” kata Agus.

Selain itu, juga memiliki program peningkatan produksi padi dan jagung pada basis peningkatan luasan skala usaha. Seperti diketahui, Banten memiliki areal persawahan yang sangat luas. Areal persawahan tersebut tersebar di delapan kabupaten/kota di Banten.

Sementara, upaya peningkatan produksi hortikultura lebih fokus pada skala usaha ekonomi cabai dan bawang merah.

“Peningkatan produksi perkebunan ada prioritas untuk peningkatan ekspor pada gula aren, sedangkan untuk kelapa dan kakao lebih kepada perdagangan regional,” ujar Agus.

Agus juga mengaku optimistis dengan mulai beroperasinya BUMD Agrobisnis PT ABM. Kehadiran BUMD tersebut akan menambah kekuatan baru di tahun 2021. Keberadaan BUMD juga diharapkan berfungsi sebagai off-taker (pembeli) pada beberapa komoditas pertanian di Banten.

Sementara, Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Epi Rustam menyebut, ada beberapa program di DKP yang berkaitan dengan peningkatan produksi perikanan.

Beberapa program tersebut adalah revitalisasi pelabuhan perikanan di tiga lokasi, pembangunan breakwater, revitalisasi fasilitas budidaya ikan, perikanan budadaya air payau dan air laut.

Epi juga memaparkan tentang grand desain pengembangan pelabuhan perikanan di Banten yang diharapkan mampu meningkatan produksi perikanan di Banten.

Rencana besar tersebut adalah Pelabuhan Labuan akan menjadi pusat pelabuhan perikanan Banten dengan membawahi pelabuhan kecil, yaitu Pelabuhan Anyar, Pelabuhan Pasauran, Sukanegara, Panimbang, Sidamukti, Tamanjaya, Sumur dan TPI kecil lainnya.

Sedangkan, Pelabuhan Binuangeun akan menjadi pusat pelabuhan perikanan yang menaungi Pelabuhan Cikeusik dan TPI kecil lainnya. Adapun Pelabuhan Cituis akan menaungi Pelabuhan Tanjung Pasir, Kronjo, Pulo Kali, Kapal Wades, Terate, Lontar dan TPI kecil lainnya. (*/Faqih)

Dprd