Air Mancur Balong Rangkasbitung Dibangun dari CSR, Mahasiswa Nilai Tidak Tepat Sasaran

Sankyu

LEBAK – Ketua Suara Elemen Mahasiswa Rangkasbitung (Semar) Kabupaten Lebak, Maman menilai, bahwa program pembuatan Floating Air Mancur Balong Ranca Lentah yang didanai melalui Corporate Social Responsibility (CSR) Bank BJB merupakan program yang tidak tepat sasaran dan terkesan mubazir.

Dana CSR Bank BJB sebesar Rp754.500.000 yang diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Lebak itu, dinilai tidak berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat.

“Kami menilai ini jelas sudah tidak tepat sasaran. Karena dana CSR harusnya difokuskan untuk mensejahterakan masyarakat,” kata Ketua Semar, Maman, Minggu (2/2/2020).

Mahasiswa ini mengusulkan agar dana-dana CSR dari dunia usaha dialokasikan untuk membantu kebutuhan riil masyarakat.

Dia mencontohkan kondisi kesulitan masyarakat, seperti yang dialami oleh Ibu Asmaiyah (60) warga Kampung Pasir Gebang, Desa Cilangkap, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak. Ibu yang hidupnya sebatang kara itu, bahkan menderita lumpuh ringan, dan selama ini tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.

“Seharusnya pemerintah lebih jeli terhadap keadaan yang terjadi di Kabupaten Lebak. Contoh kecilnya itu Ibu Asmaiyah. Kami sangat menyayangkan kebijakan pemerintah yang begitu cepat mengambil kesimpulan pada dana CSR yang seharusnya menjadi solusi dari kesengsaraan masyarakat, malah terkesan dana CSR ini dihambur-hamburkan,” tegas Maman.

Selain itu menurut Maman, sikap pemerintah yang cepat mengambil keputusan untuk membuat Floating Air Mancur Balong Ranca Lentah, dan menjadikan Balong sebagai destinasi wisata, merupakan kebijakan yang tidak tepat.

“Selain dari tempatnya yang mustahil, dan lingkungannya tidak tepat dari kategori tempat pariwisata. Misalnya kita bahas dari tempat parkir terlebih dulu, apakah di situ sudah tepat? Apa yang telah dipikirkan oleh pemerintah yang ingin menjadikan Balong ini tempat pariwisata? Sedangkan untuk tempat parkir juga sudah tidak memungkinkan karena luas Balong Ranca Lentah hanya sebesar itu. Bagi kami ini konyol,” tegas Maman.

Dia juga mengkritisi penataan Balong yang masih serba kekurangan fasilitas, seperti minimnya penerangan, tidak ada tempat parkir kendaraan bermotor, serta semrawutnya penataan pedagang kaki lima, dan pengusaha mainan, sehingga memakan ruas jalan.

“Hal itu justru sangat menghawatirkan terjadinya kecelakaan,” jelasnya.

Maman juga meminta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lebak tidak berdiam diri melihat fenomena yang terjadi di Kabupaten Lebak. Bahwa masih banyak yang harus diprioritaskan dari program pemerintah, terutama kesejahteraan masyarakat.

“Melihat kebijakan pemerintah yang seperti ini, jelas kami sebagai mahasiswa Lebak tidak akan berdiam diri. Karena tentu bagi kami pembuatan air mancur yang menghabiskan anggaran begitu besar terkesan menjadi kesenangan di atas penderitaan orang-orang yang tidak mampu. Kami merasa prihatin memiliki pemerintah dan wakil rakyat yang tidak pro rakyat yang tidak memiliki hati nurani pada rakyatnya,” tandasnya. (*/Lbk1)

Honda