PANDEGLANG – Aktivis pelajar Banten, Baehaki, mendesak Satuan Binmas (Satbimnas) Polres Kabupaten Pandeglang untuk segera bertindak dan meningkatkan upaya pencegahan terhadap maraknya kenakalan remaja pelajar di wilayah tersebut.
Baehaki menyampaikan keprihatinan serius terhadap situasi yang telah mencapai 78 kasus saat beraudiensi dengan Polres Pandeglang, Jumat, (22/12/2023).
Salah satu perwakilan perempuan dari PII, Najala Fitriani, menyatakan kekhawatiran pribadinya terhadap meningkatnya pelecehan seksual di Pandeglang.
“Pandeglang banyak pelecehan seksual, jika tidak ada pencegahan saya juga takut menjadi korban,” ujarnya.
Demikian itu, Baehaki mengkritik kinerja Polres Kabupaten Pandeglang, menyatakan bahwa upaya pencegahan yang dilakukan sangat minim.
“Ketidaksesuaian terhadap realitas banyaknya kasus remaja hingga bulan Oktober, dengan 78 kasus yang dilaporkan ke UPTD PPA, menimbulkan keprihatinan besar,” ungkap Baehaki.
Pada 1 Oktober 2023, 5 pelajar terlibat dalam produksi senjata untuk tawuran, sementara pada 11 Desember, SMK 9 Pandeglang menghadapi ancaman tawuran.
Selain itu, angka kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak mencapai 56 kasus dari Januari hingga Agustus 2023.
Kejadian tragis lainnya adalah 700 anak SMP di Pandeglang yang memutuskan untuk putus sekolah pada Senin, 22 Desember 2023, karena mengalami bullying hingga kekerasan seksual. Baehaki menyoroti bahwa tawuran, pelecehan seksual, dan pembacokan telah menjadi peristiwa yang meresahkan masyarakat, membuat orang tua khawatir akan keselamatan anak-anak yang sedang bersekolah.
Baehaki menegaskan bahwa Polres harus lebih fokus pada upaya pencegahan yang berdampak, bukan hanya melakukan sosialisasi sehari-hari yang dianggapnya tidak efektif.
“Seharusnya Polres bekerja sama dengan elemen pelajar dan memberikan himbauan kepada orang tua siswa, bukan hanya melakukan tindakan setelah kejadian terjadi,” ujarnya. (*/Red)
