Seminar HPN 2022, Hypnowriting Jalan Terang Bagi Wartawan

 

KENDARI – Para master yang tergabung dalam Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI) benar-benar tampil menghipnotis warga kota Kendari, Sulawesi Tenggara, dalam rangkaian kegiatan bakti sosial Hari Pers Nasional (HPN) 2022.

Berbagai lapisan masyarakat dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, sejak pagi, Selasa (8/2/2022) antusias mendatangi Gedung Pariwisata Sapta Pesona, di Jalan Tebaununggu, tempat pelaksanaan Seminar dan Hipnoterapi Massal dengan tema: “Pemberdayaan Diri dan Peningkatan Imunitas Saat Pandemi Covid-19”.

Bukan hanya warga umum, tapi juga pasukan elit Gegana Satuan Brimob Polda Sultra ikut hadir sebagai peserta. Maklum AKP Gusti Sulastra MH Cht Cl, Wakil Komandan Gegana Polda Sultra merupakan salah satu master hipnoterapi.

Selain itu hadir pula kalangan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Guru, Siswa SLTA, santri dari Pondok Pesantren Darul Quran Al-Ikhlas, insan pers beserta masyarakat umum.

Ketua Umum PKHI Avifi Arka mengawali sambutan dengan mengucapkan terima kasih kepada Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang mengikutkan PKHI dalam rangkaian peringatan HPN 2022.

Afivi mengungkapkan, PKHI banyak menurunkan terapis tatkala pandemi Covid-19 melanda. Organisasi yang dipimpinnya secara legal terdaftar di Kemenkum HAM dan bermitra dengan Kemendikbud, Kemenkes dan Kemnaker.

“Persepsi masyarakat Indonesia terhadap hipnotis masih ada yang minor. Padahal di luar negeri telah lama diajarkan di kampus-kampus,” ujarnya.

Ketua Panitia HPN Auri Jaya menyambut baik keikutsertaan PKHI untuk pertama kalinya dalam hajatan akbar insan pers ini.

“PKHI telah mempunyai kepengurusan di 34 provinsi. Telah memenuhi kuota kalau menjadi partai. Mencari konstituen tinggal dihipnotis saja,” candanya.

Auri mengakui, para instruktur hipnoterapi sudah kompeten, tidak perlu diragukan.

Menurutnya, hipnotis bermanfaat bagi wartawan yang sering kehilangan ide, karena tiap hari harus memantau dan melaporkan peristiwa.

Tentang hypnowriting, Auri mengakui sangat relevan bagi wartawan. Sekarang ini, pers memasuki masa kritis, karena perkembangan teknologi.

“Media mainstream berjuang keras dengan media sosial yang hampir tak terkontrol. Sementara wartawan terikat kode etik dan berita harus seimbang, hypnowriting memberi jalan terang bagi wartawan,” cetusnya.

Auri berharap, PKHI tidak hanya mengembangkan hipnoterapi, tapi juga hypnowriting dan bersinergi dengan PWI.

“Hypnowriting merupakan ide cemerlang dan membuat karya jurnalistik lebih menarik,” tambahnya. (*/Red)

 

Honda