Dialog Dengan Petani Manggis, Gubernur Tawarkan Pelebaran Jalan Desa

Sankyu

SERANG – Gubernur Banten Wahidin Halim melakukan dialog dengan petani buah manggis di Kampung Margahayu Desa Bojong, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pandeglang (Selasa, 9/7/2019). Turut mendampingi Kepala Dinas Pertanian Agus M Tauchid dan Kepala Badan Pendapatan Daerah Opar Sohari.

“Berapa harga manggis pada musim panen kemarin?” tanya Gubernur Banten kepada petani dan penyuluh pertanian.

“Kemarin harga terendah Rp 2500 per kilogram sudah petik atau dalam peti untuk manggis kualitas terendah. Sedangkan harga tebas di pohon Rp 5000 per kilogram,” jelas salah satu petani.

“Harga yang bagus kan? Karena manggis Banten sudah diekspor ke China,” ungkap Gubernur WH.

Pesan ajaran agama pun disampaikan Gubernur WH menanggapi model jual beli tebas di pohon. Gubernur menganjurkan untuk jual buah manggis yang sudah dipetik karena sesuai ajaran agama Islam serta lebih jelas jual belinya.

Sebelum melakukan dialog, Gubernur WH menjadi imam saat melakukan sholat dzuhur berjamaah bersama rombongan di Pesantren Noor el Madeena, Bojong yang diasuh Ustad Uung al Muhidi.

Gubernur pun menawarkan pelebaran jalan desa yang menjadi akses ke kebun buah manggis di salah satu kampung sentra penghasil buah manggis Kabupaten Pandeglang itu.

“Jalan masuknya sempit, hanya tiga meter. Silakan dimusyawarahkan. Idealnya jalan masuk 6 meter, kalau perlu 10 meter,” ungkapnya.

“Setelah disepakati, silakan dipatok. Saya siap bantu,” tegas Gubernur WH.

Ditemani singkong rebus dan buah pisang, dialog dengan para petani jauh dari kesan formal. Bahkan sambil bercanda, Gubernur WH juga sempat berdialog dengan salah satu ASN yang bertugas di salah satu SMKN Kabupaten Pandeglang.

“Berapa pendapatan bulanan yang diterima saat ini?” tanya Gubernur WH.

Sekda ramadhan

“Kalau gaji ditambah tukin (tunjangan kinerja, red) bisa Rp 10 juta Pak Gubernur,” jawabnya.

“Jangan lupa berkurban. Gaji Rp 10 juta, kurbannya Rp 6 juta, biaa dua atau tiga kambing. Biar gajinya berkah,” pesan Gubernur WH.

Sebagai informasi, awal tahun ini sebanyak 93 ton buah manggis asal Kabupaten Pandeglang diekspor. Sedangkan untuk pasar dalam negeri sebanyak 714 ton dikirim antar wilayah seperti Jakarta,Surabaya, Makasar, dan kota besar lainnya.

Data Dinas Pertanian Pemprov Banten, produksi manggis Pandeglang mencapai 122,445 ton dari 136.506 pohon yang menghasilkan. Adapun sentra utama manggis di Pandeglang berada di 6 kecamatan yaitu Kecamatan Bojong, Saketi, Cisata, Menes, Picung dan kcamatan Carita.

Total pohon manggis yang menghasilkan di Provinsi Banten mencapai 299.595 pohon dengan sentra utama berada di Kabupaten Pandeglang dan Lebak.

Secara nasional, Provinsi Banten menempati posisi ke 10 sebagai daerah produsen buah manggis.

Adapun upaya yang dilakukan terhadap petani buah manggis yakni pengembangan kawasan dan penataan kebun, perbaikan mutu produk dan registrasi kebun, penguatan sistem perlindungan tanaman, penguatan sistem informasi, penguatan kelembagaan, penanganan pasca panen serta akselerasi akses pembiayaan/kemitraan serta promosi.

Tahun ini Gubernur Banten memberikan perhatian pada aspek hilir yaitu memberikan bantuan kepada petani Manggis Pandeglang dengan pembangunan bangsal pasca panen Manggis dan Pengembangan Tanaman Manggis di Pandeglang. Sehingga Provinsi Banten sudah mampu memenuhi permintaan pasar internasional dan pasar dalam negeri.

Usai dialog dengan para petani manggis, Gubernur Banten melanjutkan perjalanan menuju Desa Wanagiri, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang untuk melakukan dialog langsung dengan para petani kopi.

Menurut Gubernur WH, Banten memiliki potensi hasil kopi jenis robusta dan arabika.

“Saya bertemu dengan para petani kopi untuk mendengarkan keluhan-keluhan mereka secara langsung. Ini merupakan aset pertanian Banten yang harus diberdayakan dan dikembangkan,” jelasnya kepada wartawan.

“Tidak hanya di Pandeglang, tetapi juga di Serang serta Lebak. Kopi Cap Kupu-kupu dari Lebak sudah terkenal sejak lama,” pungkas Gubernur WH. (*/Red)

Honda