Kurban dan Pandemi

Sankyu

*) Oleh: Mokhlas Pidono

“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu, dan berkurbanlah.” (QS. Al-Kautsar : 2)

Kurban, sebuah cerita perjalanan Nabi Ibrahim serta putranya Ismail yang sampai menjadi simbol ketaatan, keikhlasan, kecintaan dan bentuk berserah diri kepada Allah SWT. Orang tua mana yang tega dan rela menyembelih putranya sendiri yang begitu lama diidamkan kehadirannya. Namun, ketaatan kepada Allah SWT lebih besar ketimbang kecintaan terhadap dunia, keikhlasan kepada pencipta lebih tinggi dibanding keluh kesah akan ujian, rasa berserah diri akan apapun yang terjadi adalah yang terbaik menurut Allah menjadi makna yang dalam, betapa kemudian Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah walau itu butuh pengorbanan yang luar biasa, demi perintah Tuhannya.

Sejak 26 tahun yang lalu, tepatnya tahun 1994, setahun setelah Dompet Dhuafa berdiri. Pegiat Dompet Dhuafa resah dan merasa ada peluang kebaikan yang bisa dimaksimalkan di momen kurban. Kala masyarakat Indonesia begitu banyak dan berbondong-bondong menunaikan ibadah haji ke tanah suci, sebagaian besar berkurban juga di Arab Saudi.

Saat melihat kenyataan betapa di komplek-komplek perumahan di perkotaan begitu banyak dan menumpuk daging kurban, sementara di pedesaan, perkampungan minim bahkan tak jarang ada daerah yang bertahun-tahun tak pernah bisa menikmati kurban, maka kemudian tercetuslah sebuah program, sebuah skema yang tak pernah terfikir sebelumnya, tebar hewan kurban (THK) lahir dengan tujuan agar kurban tak menumpuk di perkotaan, agar masyarakat desa bisa merasakan lezatnya daging di hari besar agama Islam ini.

Namun, apakah pekurban mau menitipkan kurbannya? Apakah mereka rela menyerahkan dana untuk membeli hewan kurabn tanpa melihat hewannya dan hanya mendapatkan laporan pendistribusiannya setelah hari raya?. Ternyata masyarakat Indonesia memang dermawan, kaya hati dan niat berbagi. Sampai hari ini, program ini tetap menajadi program terbaik dengan puluhan ribu pekurban untuk disalurkan di seluruh nusantara.

Sekda ramadhan

Pengembangan program terus dilakukan, jika masyarakat kurang mampu kemudian diberdayakan untuk mengelola program peternakan, didampingi supaya berhasil dan hewannya akan terserap saat idul adha tiba sebagai hewan kurban, betapa sebuah program baik akan melahirkan pengembangan program yang baik, jika dikelola dengan baik dan dengan tujuan agar nikmatnya daging kurban tak hanya dinikmati masyarakat perkotaan, yang terbiasa makan sate dan rendang, namun juga pedesaan yang bisa makan daging musiman.

Kurban di Tengah Pandemi

Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini memang menggerus daya beli, melumpuhkan sebagian sendi ekonomi, menyebabkan ribuan tenaga kerja dirumahkan bahkan di PHK, membuat jumlah angka kemiskinan membengkak dari semula.

Lantas bagaimana dengan kurban? Di saat situasi sulit, di saat segala serba paceklik. Pekerja informal, pedagang kaki lima, ojek online dan lainnya terdampak parah. Namun, sebagian besar pekerja formal, pegawai negeri dan pegawai perusahaan yang stabil nyaris tetap baik dalam hal keuangan. Bahkan lebih baik, karena uang yang ada ditahan untuk dibelanjakan khawatir pandemi berkepanjangan. Selain itu, belanjapun agak minim karena pusat perbelanjaan tutup, keluar rumah susah atau di rumah saja, kerja work from home (WFH) yang otomatis pengeluaran ongkos transportasi dan makan siang di luar terkurangi. Maka, bagi kelompok masyarakat ini, momen kurban ini adalah momen peduli, saat tepat untuk berbagi.

Selain menunaikan ibadah, kurban akan sangat bermanfaat bagi masyarakat terdampak, masyarakat kurang mampu, masyarakat pedesaan. Membantu mereka yang daerahnya minim kurban untuk bisa menikmati lezatnya daging kambing atau sapi, membantu mereka meningkatkan gizi yang kemudian bisa meningkatkan imun tubuh saudara kita yang lain, membantu peternak binaan pemberdayaan agar mereka tetap berpenghasilan, banyak sekali hikmahnya. Syaratnya, protokol covid tetap diperhatikan, hindari kerumunan yang mengakibatkan lalai jaga jarak aman antar orang, maka solusinya berkurban ditengah pandemi adalah relakan, ikhlaskan, titipkan dana yang kita punya untuk disalurkan oleh lembaga yang anda percaya.

Berkurban di tengah pandemi begitu banyak hikmah, kebaikan berbagi dan rasa peduli. Banyak yang terbantu, banyak doa mengalir dari mereka yang merasakan nikmatnya daging kurban yang sekian lama tak pernah bisa ditemui. Maka, ayat kedua pada Qur’an Surat Al-Kautsar di atas semakin meneguhkan keagungan Islam memalui firman yang Allah sampaikan, shalatlah karena ketaatan kepada Rabbmu, dan berkurbanlah!. (***)

*) Penulis: Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Banten / Dok
Honda