PANDEGLANG – Sebagai salah satu kawasan perlindungan alam di Indonesia, Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) memiliki ratusan jenis satwa dan flora yang beberapa diantaranya endemik di pulau jawa, seperti badak jawa (rhinoceros sundaicus) dan owa jawa.
Selain dua mamalia tersebut ada beberapa satwa lain yang keberadaannya di alam sudah hampir punah. Beberapa satwa tersebut diantaranya akan kita bahas dalam artikel ini.
1. Macan Tutul
Macan tutul (pantera pardus) adalah salah satu predator di Taman Nasional Ujung Kulon, kucing besar yang termasuk dalam keluarga felidae tersebut hidup dibawah kanopi hutan dan terkadang ditemukan diatas pohon.
Hewan ini dikenal juga dengan sebutan harimau dahan karena kemampuannya memanjat.
Macan tutul berukuran besar, dengan panjang tubuh antara satu sampai dua meter. Spesies ini pada umumnya memiliki bulu berwarna kuning kecoklatan dengan bintik-bintik berwarna hitam. Bintik hitam dikepalanya berukuran lebih kecil. Macan tutul betina serupa, dan berukuran lebih kecil dari jantan.
Macan Tutul merupakan pemburu oportunitis, yang menggunakan segala kesempatan untuk mendapatkan mangsanya. Mereka memakan hampir segala mangsa dari berbagai ukuran. Mangsa utamanya terdiri dari aneka hewan menyusui, binatang pengerat, ikan, burung, monyet dan binatang-binatang lain yang terdapat disekitar habitatnya.
Di TNUK, populasi predator ini belum diketahui jumlahnya namun eksistensi hewan ini bisa terekam dari banyaknya jejak dan penampakannya di kamera jebak yang dipasang Balai Taman Nasional Ujung Kulon.
2. Macan Kumbang
Selain berwarna kuning, di TNUK juga terdapat macan tutul dengan kulit berwarna hitam atau biasa dikenal dengan nama macan kumbang, sama seperti kucing besar lainnya, macan tutul hitam juga memiliki kemampuan memanjat seperti macan tutul pada umumnya.
Macan kumbang sekilas seperti leopard atau jaguar, namun macan kumbang memiliki corak sama dengan macam tutul biasa namun karena berbeda pigmen tutul pada macan kumbang samar.
Sebaran macan di TNUK ada di semua wilayah mulai dari pegunungan Honje hingga semnanjung TNUK.
Berkaitan dengan jumlah populasi belum ada sensus yang dilakukan untuk menghitung jumlahnya.
3. Ajag
Tak hanya jenis kucing besar, di Kawasan TNUK juga terdapat pemburu komunal yang dikenal dengan ajag (cuon alpinus) atau anjing hutan.
Ajak atau ajag hidup di Asia, terutama di wilayah selatan dan timur. Ajak tidak sama dengan serigala. Ajag merupakan anjing asli Nusantara, terdapat di pulau Sumatra dan Jawa, mendiami terutama kawasan pegunungan dan hutan. Satwa ini berperawakan sedang, berwarna coklat kemerahan. Di bagian bawah dagu, leher, hingga ujung perutberwarna putih, sedangkan ekornya tebal kehitaman.
Ajak biasa hidup bergerombol dalam lima hingga dua belas ekor, tergantung lingkungannya. Namun, pada keadaan tertentu, ajak dapat hidup soliter. (*/angga)