CILEGON – PT Krakatau Argo Logistics (KAL) pada kwartal I tahun 2019 ini sudah menyiapkan sejumlah program untuk ekspansi bisnisnya. Perseroan tahun ini akan melakukan penambahan armada truk sebanyak 20 unit.
Direktur Utama PT KAL, David Rahadian mengatakan, salah satu yang akan digarap yakni pengangkutan limbah B3, dimana bisnis PT KAL juga akan ekspansi ke daerah Gresik, Jawa Timur.
“Potensi di Cilegon soal angkutan limbah B3 ini sangat besar, sementara yang bermain di Cilegon dan punya izin di bisnis ini, baru sekitar 2 perusahaan. Tentu ini peluang yang bisa menambah revenue perseroan,” ungkap David kepada Fakta Banten, Minggu (10/3/2019).
Selain menjalankan bisnis bongkar muat dan pengangkutan logistik, PT KAL selama ini juga menjalankan bisnis pergudangan. Diharapkan dengan penambahan armada untuk angkutan B3 ini bisa meningkatkan layanan PT KAL kepada konsumen.
“Perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan juga keamanan armada angkutan, serta SDM driver kami sudah sangat siap untuk menjemput peluang bisnis limbah B3 ini,” jelas David.
Didirikan pada tahun 2013, PT Krakatau Argo Logistics (KAL) menjalankan layanan bisnis Multimoda Transportasi. Pada awal berdirinya, KAL fokus melayani logistik industri baja khususnya Krakatau Posco, baik itu manajemen material, sub-material atau produk baja. Namun, sejalan dengan industri yang berkembang pesat di Indonesia, KAL telah memperluas layanannya ke industri non-baja sejak 2015.
“Dengan jaringan yang luas dan armada kita yang lengkap, PT KAL saat ini mampu melayani berbagai sektor transportasi, baik angkutan darat, baik truk maupun kereta api, transportasi laut, dan kedepannya udara. KAL terus menyediakan layanan logistik terpadu kepada pelanggan,” imbuh David.
Sebagai bagian dari Krakatau Steel, pengembangan usaha PT KAL ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan performa perseroan dalam melayani perusahaan induk.
PT KAL kedepannya akan lebih siap untuk memfasilitasi impor raw material, maupun ekspor produk Krakatau Posco.
“PT KAL ini memang merupakan bagian dari Krakatau Steel Grup dan berawal dari melayani Krakatau Posco, tapi kita tidak ingin selesai hanya disitu. Kita ingin terus ekspansi dan berkembang,” tandasnya.
Selain fokus untuk ekspansi bisnis, PT KAL juga terus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas layanan dan perbaikan sistem kerja manajemen. Terbukti PT KAL berhasil memperoleh sertifikasi audit dan penilaian Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015, dengan auditor berkelas Internasional yaitu PT ACS Registrasi Indonesia.
“Dengan capaian ISO 9001 ini, berarti Sistem Manajemen dan bisnis proses PT KAL telah diakui secara Internasional untuk dapat memberikan layanan yang memuaskan bagi seluruh pelanggan,” ungkap Ruliyanto, Manajer HRD & GA PT KAL.
Selama ini, PT KAL juga terus meningkatkan standar pengelolaan lingkungan dengan cara mengedepankan penggunaan teknologi yang aman, efektif serta ramah lingkungan. PT KAL bahkan sudah menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang mengacu pada standar internasional ISO 14001:2015.
“Melalui sertifikasi ISO ini juga, tentu kami dapat memberikan jaminan bahwa seluruh pelanggan mendapatkan pelayanan terbaik. Terima kasih atas kepercayaan seluruh stakeholder dan pelanggan selama ini kepada kami,” jelas Ruli.
Sebagai informasi, sertifikasi ISO 9001:2015 adalah suatu standar Internasional untuk sertifikasi Sistem Manajemen Mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi/perusahaan akan memberikan produk (barang atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan Badan Sertifkasi Internasional yaitu ISO.
ISO 9001:2015 merupakan versi termuktahir di mana lingkup sertifikasi dan audit lebih lengkap dan menyeluruh dari mulai Konteks Organisasi, Kepemimpinan, Resiko Penanggulangan dan Kesempatan, Informasi yang Terdokumentasi serta Persyaratan Sistem Manajemen Mutu.
Sedangkan Sertifikasi ISO 14001: 2015 adalah standar persyaratan yang disepakati secara internasional untuk sistem manajemen lingkungan. Ini memberikan kerangka kerja untuk komitmen terhadap keberlanjutan melalui meminimalkan dampak lingkungan, memenuhi kewajiban kepatuhan, dan menggunakan pendekatan cradle-to-grave ke siklus hidup produk. (*/Red)