Pantai Tanjung Peni Cilegon Diminta Tetap Jadi Objek Wisata, Tak Dibangun Industri Lagi

CILEGON – Meski memiliki garis pantai sepanjang yang membentang dari ujung Utara di Suralaya Kecamatan Pulomerak hingga ujung Barat di Gunung Sugih Kecamatan Ciwandan, minimnya objek wisata pantai di Kota Cilegon diusianya yang ke-19, membuat masyarakat Cilegon berkeinginan untuk memiliki objek wisata sebagai kebutuhan masyarakat.

Ironisnya, beberapa objek wisata pantai yang sudah ada di Cilegon, seperti halnya dulu Pantai Kelapa 7 dan Pulorida, namun kini keberadaannya sudah tidak berupa wujud pantai lagi karena sudah direklamasi untuk kepentingan industri.

Dari sekian panjangnya garis pantai yang masih tersisa, Pantai Tanjung Peni yang berada di perbatasan dua wilayah kelurahan yakni Kelurahan Warnasari Kecamatan Citangkil dan Kelurahan Rawa Arum, Kecamatan Grogol, diharapkan bisa dipertahankan dan dikelola dengan baik untuk menjadi objek wisata.

“Program komunitas kami yang salah satunya adalah mengunjungi objek wisata dan bersejarah di Cilegon, tujuan kunjungan di Tanjung Peni hari ini adalah untuk melihat secara langsung, memijak dan mempelajarinya. Maka kami sebagai masyarakat Kota Cilegon ingin Pantai Tanjung Peni ini menjadi objek wisata,” kata Muhdjirin, Sekretaris Komunitas Facebook STNK Peduluran Wong Cilegon, Minggu (8/4/2018).

Pria yang akarab dipanggil Kang Jenggot ini juga menjelaskan, perlunya objek wisata alam di kota industri sebagai kebutuhan pembangunan ekonomi tradisional serta tingkat kebahagiaan atau psikologis masyarakat Cilegon.

“Mungkin pantai Tanjung Peni inilah satu-satunya pantai yang tersisa di Cilegon, pantai ini salah satu bentuk kearifan lokal, kami ingin tempat ini tidak dikorbankan lagi untuk kepentingan industri. Masyarakat Cilegon berhak hidup, mencari nafkah, berlibur, bersantai bersama keluarga di pantai. Kami harap pantai Tanjung Peni ini dipertahankan dan di kelola dengan baik,” tegasnya.

Dari pantauan langsung faktabanten.co.id, selain Pantai Tanjung Peni menjadi Pangkalan sekaligus Kampung Nelayan, profesi tradisional yang masih terus dipertahankan hingga kini. Di hari libur seperti hari Minggu ini, memang banyak terlihat komunitas dan keluarga yang memanfaatkan keindahan dan landainya arus di perairan pantai Tanjung Peni ini.

Wahab, salah satu Nelayan yang ditemui ketika sedang memperbaiki perahunya yang rusak, juga berharap agar pihak pemerintah dan industri lebih peduli pada profesinya dengan tidak lagi membangun industri di kawasan Pantai Tanjung Peni.

“Memang lahan di sebelah sana sudah dikuasai industri, kalau dibangun pabrik lagi tentu akses ke sini (pantai Tanjung Peni) bisa tertutup. Saya juga salah satu Nelayan yang dulu direlokasi dari Kubangsari. Entahlah pemerintah itu, setahu saya ketika mereka datang cuma menghitung kita saja,” ungkapnya.

Melihat kondisinya saat ini, Pantai Tanjung Peni memang sudah tertutup oleh padatnya industri yang ada. Akses utama menuju pantai ini melalui jalan di kawasan industri KIEC, atau lebih tepatnya masuk dari gerbang pabrik PT KHI dan PT Cabot.

Diusia Kota Cilegon yang semakin dewasa yakni 19 tahun, sangat penting! untuk lebih memperhatikan kearifan lokal yang ada di pantai Tanjung Peni ini, bisa terus dijaga dan dilestarikan hingga anak cucu kita kelak juga bisa juga menikmati keanekaragaman kehidupan alam Kota Cilegon. (*/Ilung)

Tanjung Peni
Comments (0)
Add Comment