Sepanjang 2024, Perpusda Pandeglang Dikunjungi 2.100 Orang

 

PANDEGLANG – Sepanjang tahun 2024, ada sebanyak 2.100 pengunjung yang datang ke Perpustakaan Daerah (Perpusda) kabupaten Pandeglang.

Dari 2.100 tersebut, pengunjung didominasi oleh pelajar. Adapun untuk sebagiannya adalah mahasiswa dan masyarakat umum.

“Untuk perbulannya kurang lebih ada 250 pengunjung. Itu juga kadang lebih,” kata Desi selalu Pustakawan di Perpusda Pandeglang pada Kamis, (8/8/2024).

Sebagai komitmennya dalam meningkatkan literasi, pihak Perpustakaan Daerah juga ternyata menyediakan ruang khusus untuk kegiatan masyarakat.

Ruang tersebut bisa digunakan untuk diskusi bagi mahasiswa dan pelajar, atau bagi para guru yang mau rapat mempersiapkan kegiatan.

“Dimana masyarakat bisa melakukan atau berkegiatan di tempat itu, seperti mahasiswa yang mau diskusi atau para guru yang mau rapat. Tidak ada biaya apapun, asal bisa menjaga kebersihan,” ungkap Ratna selaku pengelola Perpusda.

Akan tetapi, perpustakaan daerah belum memiliki fasilitas khusus bagi para pengunjung berkebutuhan khusus (difabel). Mengingat pengunjung disabilitas juga tidak banyak yang datang ke Perpusda.

“Kalau untuk difabel emang kita masih kurang, tapi kita pernah ada buku Braille. Emang bukunya ngga terlalu banyak, karena bukan pengadaan sendiri. Tapi dari hibah,” lanjut nya.

Adapun yang menjadi program unggulan Perpusda Pandeglang adalah Festival Pembudayaan Gemar Membaca.

Tujuannya untuk memberikan motivasi kepada anak anak untuk lebih menyukai terhadap bacaan yang sudah disediakan oleh pihak perpusda.

“Kegiatan kita juga ngga hanya ada pinjam buku saja, kita juga ada pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial. Jadi masyarakat bisa berkegiatan disini, misalnya kita punya 5 kegiatan lifeskill untuk masyarakat,” kata Ratna.

Kelima kegiatan tersebut antara lain pelatihan ekoenzym, pelatihan anyaman bambu, pelatihan anyaman pandan, pelatihan pembuatan roti, dan pelatihan budidaya kopi.

Harapannya agar masyarakat tidak hanya mengenal literasi sebatas membaca buku saja, akan tetapi masyarakat juga memahami serta mampu mengimplementasikan hasil bacaannya.

“Mekanismenya masyarakat yang ikut pelatihan nanti akan mencari literatur di buku atau web atau terkait pembuatan anyaman bambu misalnya, kemudian dari hasil bacaan itu nanti akan langsung dipraktikkan di pelatihan itu,” pungkasnya. (*/Mukhlas)

Comments (0)
Add Comment