Salon “Plus-Plus” Tumbuh Subur Di Kota Santri Cilegon
CILEGON – Selain mendapat julukan gudangnya Tempat Hiburan Malam (THM), Kota Cilegon kini juga dijuluki sebagai gudang salon plus-plus. Bahkan hampir di setiap wilayah Kecamatan, berdiri belasan salon plus-plus yang berlokasi dekat pemukiman warga.
Namun anehnya Pemkot Cilegon dan Dinas Polisi Pamong Praja (Pol PP) Kota Cilegon sebagai instansi yang bertanggungjawab karena dibebani sebagai penegak Perda, tidak banyak bergerak untuk menertibkan keberadan salon plus-plus tersebut.
Salon plus-plus yang lokasinya berdekatan dengan pemukiman dinilai sebagian masyarakat sangat berbahaya ketimbang Tempat Hiburan Malam yang berada di tengah Kota. Namun walaupun demikian, keduanya tentu sangat mengkhawatirkan bagi generasi muda dan masyarakat.
“Kebanyakan salon plus-plus itu berada dekat dengan pemukiman warga, bahkan ada salon plus-plus lokasinya berdekatan dengan tempat ibadah dan sekolah, aneh memang Kota Cilegon yang dijuluki Kota Santri tapi banyak yang begituan,” kata Abdul, salah seorang warga asal Merak, Sabtu (3/11/2018).
Menurutnya, harus ada solusi tegas dari Pemerintah Kota (Pemkot) terutama Dinas Pol PP untuk menertibkan keberaan salon plus – plus yang tumbuh bak jamur di musim penghujan ini.
“Dinas Pol PP, jangan hanya diam dan berpangku tangan tapi harus segera menertibkan keberadaanya, jangan sampai merusak lingkungan,” ujarnya.
Untuk memastikan kebenaran dari keluh kesah Abdul dan warga lainnya, Tim Fakta Banten menelusuri keberadaan panti pijat plus esek-esek yang berkedok salon kecantikan itu. Ternyata apa yang dikeluhkan Abdul benar adanya.
Ketika ditelusuri dari Simpang Tiga hingga wilayah Ciwandan saja, ada sekitar 15 salon plus-plus yang lokasinya sangat dekat dengan pemukiman. Semuanya sama yakni menyediakan wanita dan ada kamar tertutup, khusus untuk jasa pijat, bahkan di sejumlah salon tersebut ada juga yang menyediakan ruang karaoke.
“Kalau hanya mengandalkan orang nyalon, nggak akan kebayar mas, ini kontrakan makanya kami menyediakan jasa pijat,” dalih salah satu pemilik salon yang berada di Jalan Raya Cilegon-Anyer yang enggan disebutkan namanya.
Kebanyakan yang datang ke salonnya, tuturnya adalah para pekerja dan pemuda. Biasanya, selain potong rambut dan keramas, pemilik salon juga menawarkan kepada pelanggannya untuk dipijat bahkan hingga praktik esek-esek terselubung.
“Untuk tarif relatif mas, dari Rp 100 ribu hingga Rp 500 ribu tergantung tamunya. Kalau hanya jasa pijat murah cuma Rp 100 ribu satu jam, tapi kalau dioral seks yah bisa Rp 500 ribu,” terangnya. (*/Red)
[socialpoll id=”2521136″]