Refleksi Sejarah Gunung Buntung melalui Buku Karya Badri Khaeruman, Sebut Ormas Persis Ada di Banten Sejak 1975
SERANG — Musyawarah Kerja Nasional (Musykernas) III Persatuan Islam (Persis) di Banten menjadi momen penting dengan diluncurkannya buku Gunung Buntung: Basis Persis di Banten, Sejarah dan Peran Tokoh karya Dr. Badri Khaeruman, M.Ag.
Buku ini mengisahkan perjalanan panjang Persis di Gunung Buntung sejak 1975, dengan refleksi mendalam tentang perubahan sosial keagamaan yang terjadi di kampung kecil tersebut.
Dalam sambutannya, Badri Khaeruman mengungkapkan bahwa buku ini lahir dari refleksi pribadi dan kerinduannya pada kampung halaman.
“Gunung Buntung, tidak ada yang istimewa dengan nama kampung ini, kecuali di sini hidup suatu komunitas masyarakat yang mengamalkan ajaran Persis, sebuah ormas yang berkomitmen mengembalikan Islam kepada ajaran murninya, sesuai Al-Qur’an dan Sunnah,” ujar Badri, pada saat memberikan sambutan di Pembukaan Musykernas III PP Persis, di Ballroom Hotel Aston, Kota Serang, Banten, Jumat (29/11/2024).
Lebih lanjut, ia mengingatkan betapa transformasi keagamaan di Gunung Buntung menjadi contoh nyata dakwah yang berproses panjang.
“Proses ini dimulai sejak diterimanya majalah-majalah Persis seperti Al-Lisan, Pembela Islam, dan Al-Fatwa pada tahun 1955. Namun secara resmi, Persis Gunung Buntung berdiri pada tahun 1975. Dakwah ini perlahan-lahan mengubah keyakinan masyarakat yang sebelumnya dipenuhi tradisi-tradisi lokal, menjadi lebih berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah,” tambahnya.
Badri juga mengenang keunikan kampungnya, dari suara adzan yang khas hingga kondisi fisik kampung yang sederhana.
“Rumah-rumah kolong bambu dengan atap hateup adalah gambaran kampung kami di tahun 1970-an. Bahkan kebutuhan seperti toilet umum belum ada, dan penduduk mengandalkan sungai untuk keperluan sehari-hari. Namun, di balik kesederhanaan itu, semangat masyarakat untuk mengamalkan Islam yang murni sangat kuat,” kenangnya.
Kata Badri, buku ini mengisahkan bagaimana Gunung Buntung, yang awalnya hanya sebuah kampung kecil, menjadi basis penting Persis di Banten.
Transformasi ini, menurut Badri, tidak terlepas dari peran tokoh-tokoh Persis yang gigih menyebarkan ajaran Islam yang murni.
“Munculnya Persis di Gunung Buntung adalah hasil perjuangan kyai dan tokoh lokal yang berdakwah dengan cara yang penuh kesederhanaan, namun efektif,” ungkap Badri.
Sementara itu, Ketua Umum PP Persis, Jeje Zaenudin, menyampaikan apresiasi yang besar terhadap karya Badri Khaeruman.
“Apa yang dikerjakan oleh Ustadz Dr. Badri Khaeruman melalui buku ini merupakan bagian dari usaha penting dalam menjaga jejak sejarah masuk dan perkembangan dakwah Persis di bumi Banten,” kata jeje.
Jeje Zaenudin berharap agar buku ini menjadi inspirasi bagi masyarakat, khususnya keluarga besar Persis.
“Semoga buku ini mendapat sambutan yang baik dan antusias dari keluarga besar Jamiyah dan masyarakat Persatuan Islam di Banten. Buku ini dapat menjadi teladan dalam memahami nilai-nilai kesederhanaan, keikhlasan, pengorbanan, dan keberanian dalam memperjuangkan ajaran Islam yang murni dan bersih,” imbuhnya.
Peluncuran buku ini menegaskan bahwa sejarah Persis di Banten adalah bagian integral dari perjuangan umat Islam di Indonesia untuk kembali pada kemurnian ajaran agama.
“Semoga Allah membalas kerja keras penulisnya serta memberi taufiq dan hidayah melalui buku ini kepada para pembacanya,” pungkas Jeje Zaenudin.