Ketua PBNU: Pemerintah yang Mengurusi Valentine Day, Tidak Kreatif
JAKARTA – Ketua PBNU, Sulton Fatoni, mengatakan bahwa sebenarnya perayaan hari valentine tersebut tidak perlu ditanggapi secara serius, karena valentine bukan masalah sosial ataupun agama yang fundamental.
“Valentine Day tak perlu ditanggapi serius karena ia bukan problem sosial dan agama yang fundamental,” ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (13/2).
Sulton menuturkan, masyarakat yang merayakan hari valentine bukan sedang menghadapi problem sosial, melainkan hanya sebatas mengikuti budaya yang telah dijalani sehari-hari atau yang dikenal juga sebagai budaya populer.
“Masyarakat yang merayakan Valentine Day bukan sedang menghadapi problem sosial dan agama, melainkan sebatas sedang ikutan budaya pop,” ucap Sulton.
Ia mengatakan, budaya yang tengah digandrungi anak muda tersebut nantinya juga akan hilang dengan sendirinya, karena itu tidak perlu ditanggapi secara serius. Namun, menurut dia, setiap budaya pasti mempunyai sisi positif dan negatifnya, tergantung individunya masing-masing.
“Biarkan saja, tak perlu disarankan dan tak perlu dilarang-larang. Lambat laun senyap dengan sendirinya,” katanya.
Sementara, tambah dia, terkait dengan sejumlah pemerintah daerah yang melarang warganya untuk tidak merayakan hari valentine, hal tak lebih hanya karena kehilangan kreatifitas saja.
“Pemerintah yang mengurusi Valentine Day, baik yang melarang maupun menganjurkan, itu diindikasikan sedang kehilangan kreatifitas dan inovasi proses pemakmuran masyarakatnya,” jelas Wakil Rektor UNU Indonesia ini. (*/Republika.co.id)