LEBAK– Resonansi semangat Multatuli mampu bergetar merambat melewati berbagai zaman, hingga saat ini semangat itu masih sangat relevan dengan perjuangan pemerintah bersama masyarakat Kabupaten Lebak untuk memerangi penjajahan yang bertransformasi dalam wujud kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan. Hal tersebut disampaikan Bupati Lebak, Hj. Iti Octavia Jayabaya saat membuka Festival Seni Multatuli (FSM) 2018, di Aula Museum Multatuli, Rangkasbitung, Lebak, Banten (06/09/2018).
“Maka, setelah acara peresmian Museum ini pada 1 Februari 2018, saat itu saya sampaikan sebuah mimpi besar, yang mungkin terlampau ambisius hingga wajar orang banyak menilai terlalu percaya diri, bahwa Museum Multatuli yang berada di Lebak adalah museum anti kolonial pertama di Indonesia,” ujar Bupati.
Bupati mengatakan bahwa FSM 2018 yang akan digelar dari tanggal 6-9 September 2018 ini, merupakan bagian dari potongan puzzle untuk meneguhkan komitmen sekaligus ikhtiar masyarakat Lebak untuk mampu memakai jalan panjang yang akan kita jalani bersama, dan mungkin tidak akan pernah berujung sepanjang generasi di Lebak yaitu berjuang bersama membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan RI, Dr. Hilmar Farid memberikan apresiasi untuk acara ini, Himar mengatakan bahwa gagasan Multatuli mengenai kemerdekaan, harmoni, kesederajatan, keberagaman dan kemanusiaan harus mampu dimanifestasikan dalam laku lampah dan hubungan antar sesama, menurutnya kita mungkin tidak lagi berhadapan dengan musuh yang menggenggam senjata, tetapi musuh kita hari ini adalah egoisme, materialis dan individualis.
“Melalui acara ini, dengan berbagai kemasan yang ditampilkan, diarahkan untuk tumbuh dan berkembang sifat menghargai nilai-nilai humanisme, nilai kemanusiaan yang inklusif, yang memandang semua perbedaan sebagai sebuah rahmat dan kekayaan serbagai sebuah bangsa, yang harusnya menjadi sumber kekuatan kita untuk maju, bukan justru menjadi alasan kita untuk terpecah,” ujarnya.
Hilmar menambahkan, bahwa even yang akan diangkat dalam program Indonesia harus mampu menampilkan objek kemajuan kebudayaan berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang kemajuan kebudayaan, secara orsinil dan mempunyai karateristik berbeda dengan even-even yang lain.
“Kita lihat saja, jika acara ini sukses maka akan kita laksanakan tiap tahun,” pungkasnya.
Usai pembukaan FMS 2018, Bupati Lebak bersama Dirjen Kebudayaan RI dan rombongan Kedutaan Besar Belanda menyempatkan meninjau bekas rumah Multatuli yang bernama asli Eduard Douwes Dekker yang berlokasi di sekitar RSUD Ajidarmo. (*/sandi)
[socialpoll id=”2513964″]