Puluhan Mahasiswa Kunjungi Heritage Rutan Rangkasbitung
LEBAK – Sejumlah mahasiswa dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Setia Budhi Rangkasbitung melakukan kunjungan ke Rumah Tahanan Negara Klas IIB Rangkasbitung. Sabtu (9/9/2019).
Kunjungan Program Studi Sejarah STKIP Setiabudhi yang berjumlah 26 Orang tersebut diterima oleh Kesatuan Pengamanan Rutan dan Kasubsi Pelayanan Tahanan di Ruang Aula Pembinaan dr. Sahardjo.
kunjungan tersebut dalam rangka melihat bukti sejarah yang masih ada sampai sekarang yang telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya (Heritage).
Dalam sambutannya Ka. KPR Rutan Adi Santo menyampaikan, bangunan Rutan ini dulunya bernama Roemah Pendjara yang dibangun pada tahun 1918 pada masa Pemerintah Hindia Belanda.
“Jadi yang ditetapkan heritage tersebut ada dua blok yaitu blok tahanan dan wisma, karena memang dulu baru ada dua blok itu saja, sementara tambahannya baru adalah blok narapidana yang dibangun pada tahun 2000-an. Cagar budaya tersebut dari dulu sampai sekarang tidak berubah struktur dan materialnya hanya kita rawat saja, karena masih kokoh dan digunakan sebagai blok tahanan yang mampu menampung puluhan Tahanan maupun narapidana,” ujar Adi Santo.
Senada dengan Ka. KPR, Dede Ukmartalaksana selaku Kasubsi Pelayanan Tahanan menyebut bahwa Rutan sudah mengalami transformasi ke arah masa kini.
“Ya dulu kan sistemnya kepenjaraan, setelah ditetapkan pada 27 April 1964 berubah menjadi sistem pemasyarakatan, jadi sekarang ini Warga Binaan dibina sedemikian rupa dengan kegiatan positif dan kemudian kita baurkan dengan masyarakat melalui program asimilasi, karena memang aturannya sudah begitu, jadi konsep dulu sudah jauh dan sangat berbeda, Kami berharap para mahasiswa selain bisa mempelajari sejarah juga sebagai agen perubahan bisa sensitif memaknai maknanya, dan menjadikan cambuk untuk tidak melanggar aturan hukum yang berlaku. Kenali dan rawat sejarah, lalu berpijaklah untuk menatap masa depan yang cerah,” pesan Dede.
Sementara itu, salah seorang mahasiswa Ernis menyebut bahwa Ia dan teman-temannya amat kaget sekaligus bangga bisa berkunjung ke tempat bersejarah ini. Ia merasa banyak kesan mendalam setelah kunjungan ini.
“Kita pertama kali kesini, melihat bukti heritage terpelihara dan kokoh sampai sekarang, sekaligus kita melihat transformasi kehidupan dan sistem berubah dengan sangat baik. Anggapan kami terbantahkan, jika rutan yang dikenal penjara tidak seangker seperti dahulu, kami melihat nuansa lingkungan pendidikan dan pembinaan yang terstruktur, kami pun merasakan lingkungan yang kekeluargaan dan tempatnya memanuasiakan manusia. Kami jadi semakin termotivasi, bahwa kami memiliki kebebasan yang luar biasa daripada mereka (WBP-red) oleh karenanya kami harus jadi manusia yang lebih berguna dan bermanfaat,” ungkap Ernis penuh haru. (/Sandi)