Pembangunan Tandon Bulakan Cilegon Dikeluhkan Warga
CILEGON – Meski pembangunan Tandon Bulakan sudah berjalan sepekan, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kota Cilegon baru mengadakan sosialisai terkait pembangunan tandon yang berlokasi di Link. Bentola, Kelurahan Bulakan, Kecamatan Cibeber tersebut.
Padahal, sejumlah warga melakukan protes atas banyaknya debu yang ditimbulkan dari truk-truk pengangkutan tanah dari aktivitas pembangunan tersebut.
Diketahui, dalam acara sosialisasi pada Rabu (13/11/2019) lalu itu, dihadiri oleh Kabid Perairan DPUTR Cilegon, Camat Cibeber, Lurah Bulakan dan kontraktor pemenang tender serta puluhan masyarakat Bulakan.
Sempat terjadi ketegangan antara warga dengan ketua RT 03 Link. Bentola. Namun berkat dari kesigapan pihak Babinsa dan Babinkamtibnas perselisihan tersebut bisa diredam hingga tidak terjadi keributan yang meluas.
Keluhan tersebut diutarakan oleh salah satu tokoh Link. Bentola, Tb Sihabudin secara tegas memprotes dengan adanya pembangunan tandon di Bentola yang tidak melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada warga.
“Dalam hal ini, kami tidak menghalang-halangi adanya pembangunan dari pemerintah, alangkah baiknya pengusaha atau pun pemerintah melakukan sosialisai terlebih dahulu agar masyarakat bisa menyampaikan aspirasinya, mengenai dampak yang ditimbulkan dalam pembangunan tandon ini,” ujarnya.
Begitu juga dengan apa yang diungkapkan oleh Ali Misri selaku Ketua Karang Taruna Kelurahan Bulakan, ia mengaku banyak menerima keluhan dari masyarakat mengenai dampak debu yang ditimbulkan dari kendaraan pengangkut tanah dari galian tandon tersebut.
“Kami sangat menyayangkan, pelaksanaannya sudah berjalan beberapa hari, kok baru sekarang dilakukan sosialisasi. Kenapa juga dalam tandon tidak ada akses jalan, sementara kontraktor seenaknya saja melewati lahan milik warga,” ungkapnya.
Pria yang akrab disapa Alim ini, juga mempertanyakan terkait floating tanah tandon dalam pengkajiannya kurang lebih 1 tahun tidak adanya sarana akses jalan.
“Katanya pengadaan lahan tanah tandon ini membutuhkan pengkajian kurang lebih 1 tahun, tapi kok kenapa pemerintah ketika membebaskan lahan tersebut tidak ada akses jalannya,” tegas pria yang akrab disapa Alim ini.
Dalam sosialisasi tersebut, ada beberapa tuntutan yang diminta warga terkait dampak pembangunan tandon, seperti kendaraan truk pengangkut tanah agar menutupi muatannya, menempatkan pengatur lalin, dan mengatur jam operasional serta melakukan penyiraman jalan agar tidak berdebu.
Menanggapi hal tersebut, sanwani, selaku pengusaha dan pemenang tender tandon mengatakan ia akan memenuhi permintaan dari masyarakat setempat.
“Alhamdulilah sudah kondusif dan siap, apa yang diinginkan masyarakat nanti akan kami penuhi. Telatnya sosialisasi, ya karena Kabidnya masih dinas di luar,” kilahnya.
Namun beberapa hari pasca digelarnya sosialisasi, warga masih juga mengeluhkan kepulan debu dari truk-truk pengangkut material tanah. Hal tersebut lantaran pihak kontraktor masih belum memenuhi tuntutan warga serta kesepakatan yang sudah ditetapkan dalam sosialisasi.
“Waduh, katanya mau disiram, kok gak disiram. Truk juga baknya gak ditutup begitu, kalau begini kita demo saja lah,” ungkap Yadi, salah satu warga yang kecewa dengan komitmen kontraktor. (*/Ilung)