CILEGON – Aksi represif aparat kepolisian kepada mahasiswa Cilegon yang sedang menggelar aksi demonstrasi mengkritik kepemimpinan satu satu tahun Walikota Cilegon, Edi Ariadi, pada Kamis (20/2/2020), disayangkan oleh kalangan aktifis di Banten.
Seperti yang dikatakan Koordinator Presidium MW KAHMI Banten, Udin Saparudin, yang mengatakan aksi mahasiswa di Pemkot Cilegon merupakan bentuk aspirasi keperdulian mahasiswa sebagai agen perubahan terhadap kebijakan pemerintah dalam mengelola pemerintahan agar pembangunan daerah tidak melenceng dengan visi yang diemban.
“Pada gilirannya masyarakat maju dan berkeadilan. Namun lain lagi terjadi di Cilegon di saat aksi mahasiswa namanya pihak keamanan dipandang terlalu represif, sehingga di kalangan mahasiswa terjadi korban yaitu Sabrawi Ketua PTKP HMI Cabang Cilegon, terjadi setelah visum ternyata retak tulang jari yang butuh penyembuhan dan penanganan serius,” ungkap Udin kepada Fakta Banten, Jum’at (21/2/2020)
Atas kejadian tersebut, MW KAHMI Banten menyatakan keprihatinananya dalam mencermati kasus yang dianggap tidak manusiawi terhadap mahasiswa.
“Bukan dengan cara refresif yang berlebihan, tapi pendekatan dialogis dan komunikasi antara pimpinan itu akan jauh lebih baik sebab mahasiswa orang yang sedang mengeyam pendidikan tinggi jangan disamakan dengan preman tapi mereka calon-calon pimpinan masa depan,” ujarnya.
Selain itu, pria yang biasa dipanggil Haji Udin ini juga berharap kasus tersebut bisa ditangani dengan tuntas agar tidak terjadi lagi kejadian serupa.
“Oleh karena itu saya menuntut agar segera ditangani secara adil tidak tebang pilih siapapun termasuk kepolisian atau siapapun. Dan kepada adik-adik mahasiswa agar tetap mampu menjaga diri dengan melakukan langkah yang lebih kritis yang konstruktif sehingga pembangunan bermakna dan berdaya guna,” tegasnya.
“Semoga perjuangan ini yakin usaha sampai,” tandasnya. (*/Ilung)
Login
Login
Perbaiki Kata Sandi
Pasword akan dikirimkan ke Email anda