Habiskan Anggaran 200 Juta, Skatepark di Pandeglang Tidak Bisa Digunakan
PANDEGLANG – Meski baru dibangun pada akhir Juli lalu dan menghabiskan anggaran sekitar Rp. 200 Juta dari APBD Kabupaten Pandeglang, Skatepark atau arena untuk para pecinta olahraga ekstrem skateboard, kini terbengkalai dan tidak bisa digunakan.
Setidaknya ada 3 jenis obstacle yang dinilai membahayakan. Ketiganya yakni obstacle jenis bengs volcano yang terlalu runcing, quarter yang curam, dan rel rainbow yang tidak terpasang dengan baik. Sedangkan 2 obstacle lain yang terdapat di skatepark tersebut, juga memiliki kualitas buruk.
Hal tersebut dikatakan oleh Koordinator komunitas skateboard Pandeglang, Rhino City Skateboarding, Deny Rahman saat ditemui disalah satu cafe di pandeglang, Minggu (13/8/2017).
“Skatepark itu seharusnya bisa dipakai untuk komunitas Skateboard dan BMX. Tapi obstacle-nya tidak standar, jadi sampai saat ini tidak terpakai. Jika dipaksakan justru akan membahayakan,”ujarnya.
Ditambahkan Deny, pembangunan skatepark tersebut merupakan usulan dari komunitasnya sejak beberapa tahun silam. Awalnya, komunitas skateboard yang beranggotakan sekitar 30 orang itu hanya mengusulkan lahan bermain yang dinilai lebih baik meski tanpa obstacle. Karena sebelumnya, mereka kerap kali memanfaatkan lahan di Alun-alun.
“Awalnya kami hanya meminta lapangan tanpa obstacle. Orang Dispora sempat meminta denah dan referensi skatepark. Dibikinlah disain oleh teman-teman yang ada taman juga. Proposalnya diajukan bulan September 2016,” terangnya.
Bahkan ironisnya, saat proses pembangunan, rekan-rekan komunitas dari skateboard maupun BMX tidak pernah dilibatkan. Padahal dengan anggaran sebesar itu Deny menilai, skatepark tersebut bisa lebih bagus dengan fasilitas yang lebih lengkap.
“Tetapi tiba-tiba saya dapat informasi, skatepark sudah mau jadi di Kuranten. Pas sudah 80 persen pengerjaan, kami sudah lihat kalau skatepark itu tidak representatif dan tidak layak. Malahan, disain yang diajukan, tidak sesuai dengan realisasi,” sambung pria yang memiliki usaha clothing itu.
Skater lainnya, Ipan menuturkan, kini komunitasnya kembali latihan di alun-alun. Mereka tidak ingin mengambil resiko memanfaatkan skatepark tersebut, dengan nyawa menjadi taruhannya.
“Aksesnya jauh, jalan rusak, dan bentuk skatepark tidak sesuai dengan spesifikasi. Sehingga kami kembali ke alun-alun untuk latihan,” keluhnya.
Ipan menyebutkan, pihaknya sudah melayangkan keluhan tersebut ke Dispora. Namun sampai saat ini belum ada tindak lanjut. Agar tidak sia-sia, pihaknya menyarankan agar skatepark tersebut diperbaiki dengan bentuk dan tata letak obstacle yang lebih representatif.
“Kami coba komunikasi lagi agar diubah untuk diratakan, nantinya teman-teman pakai obstacle dari Serang, yang ada di Citraland. Bagaimana pun kalau skatepark nya seperti itu, tidak akan bisa digunakan dan kami tidak akan latihan di sana,” tegasnya. (*)