Erdogan Nyatakan Turki Siap Kerjasama dengan Taliban

JAKARTA – Presiden Turki Tayyip Erdogan menyatakan siap bekerja sama dengan Taliban jika kelompok bersenjata itu membentuk pemerintahan yang lebih luas dan inklusif.

Turki, yang merupakan anggota NATO telah bekerja dengan Qatar mengoperasikan bandara Kabul untuk perjalanan internasional setelah Taliban mengambil alih kekuasaan dan negara-negara asing menarik diri dari Afghanistan.

Turki menyambut baik pesan awal Taliban tetapi mengatakan akan mengevaluasi keterlibatan dan pengakuannya terhadap kelompok tersebut berdasarkan tindakan mereka.

“Melihat pendekatan Taliban saat ini, sayangnya kepemimpinan yang inklusif dan menyeluruh belum terbentuk,” kata Erdogan kepada wartawan setelah menghadiri Majelis Umum PBB di New York, seperti dikutip Al Jazeera, Jumat, 24 September 2021.

“Saat ini, hanya ada beberapa sinyal kemungkinan beberapa perubahan, bahwa mungkin ada suasana yang lebih inklusif dalam kepemimpinan,” kata Erdogan.

“Kami belum melihat ini. Jika langkah seperti itu dapat diambil, maka kita dapat beralih ke titik membahas apa yang dapat kita lakukan bersama.”

Komentar Erdogan muncul setelah duta besar Turki untuk Kabul, Cihad Erginay, bertemu dengan Menteri Luar Negeri Afghanistan Amir Khan Muttaqi.

Erginay mengatakan di Twitter bahwa dia berjanji “dukungan berkelanjutan Turki kepada rakyat Afghanistan dan komitmen untuk membangun ikatan bersejarah kami”.

Awal bulan ini, Taliban menunjuk veteran garis keras ke dalam kabinet yang semuanya laki-laki.

Taliban telah membentuk kabinet pemerintah sementara dan menyatakan bahwa perubahan masih mungkin terjadi, tetapi tidak mengatakan apakah akan ada pemilihan umum.

Pakistan, sekutu dekat Turki, juga termasuk di antara negara-negara yang menyerukan Taliban untuk membentuk pemerintahan yang inklusif.

Awal pekan ini, Perdana Menteri Imran Khan mengatakan dalam sebuah posting Twitter dia “memulai dialog dengan Taliban untuk pemerintah Afghanistan yang inklusif untuk memasukkan etnis Tajik, Hazara dan Uzbek”.

Taliban mengatakan ingin pengakuan internasional dan bantuan keuangan untuk membangun kembali negara yang dilanda perang, tetapi susunan pemerintahan baru Taliban menimbulkan dilema bagi banyak negara.

Beberapa menteri sementara masuk dalam daftar hitam PBB tentang “teroris dan penyandang dana terorisme” internasional.

Taliban mengambil alih Afghanistan bulan lalu setelah kemenangannya yang menakjubkan di medan perang, merebut lebih dari selusin ibu kota provinsi dalam waktu kurang dari dua minggu.

Ini adalah kedua kalinya Taliban memerintah Afghanistan.

Aturan pertama mereka, dari tahun 1996 hingga 2001, berakhir ketika mereka disingkirkan oleh koalisi pimpinan AS setelah serangan 9/11.

Terorisme ISIS

Selain masalah ekonomi, Taliban juga menghadapi masalah keamanan dengan gencarnya ISIS-K melakukan banyak serangan.

Menurut Reuters, dua anggota badan intelijen gerakan yang menyelidiki beberapa serangan baru-baru ini di Jalalabad mengatakan taktik ISIS-K menunjukkan kelompok itu tetap berbahaya, bahkan jika tidak memiliki cukup milisi dan sumber daya untuk merebut wilayah.

Menggunakan bom lengket – bom magnet biasanya menempel di bagian bawah mobil – serangan tersebut menargetkan anggota Taliban dengan cara yang persis sama dengan yang digunakan Taliban sendiri untuk menyerang pejabat dan tokoh masyarakat sipil untuk mengacaukan pemerintahan sebelumnya.

“Kami khawatir dengan bom lengket yang pernah kami terapkan untuk menargetkan musuh kami di Kabul. Kami khawatir tentang kepemimpinan kami karena mereka dapat menargetkan mereka jika tidak berhasil mengendalikan mereka,” kata salah satu pejabat intelijen Taliban.

Sementara juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, menilai tidak ada ancaman, dengan mengatakan minggu ini bahwa ISIS tidak berpengaruh efektif di Afghanistan. (*/Tempo)

Comments (0)
Add Comment