Isu Penculikan Anak di Cilegon Makan Korban, Apa Langkah Pemkot dan Polisi?

Penulis: Hairul Umam (Ilung)

 

MASYARAKAT Kota Cilegon dan Banten pada umumnya tentu sudah mengetahui akan kisah Geger Cilegon 1888? Ya tragedi berdarah yang menyebabkan banyaknya korban jiwa.

Menurut Dr Sartono dalam bukunya ‘Pemberontakan Petani Banten’, pemicu awalnya adalah keresahan masyarakat akibat paceklik pasca letusan Gunung Krakatau 1883 yang kemudian bercampur dengan sentimen agama, kedaulatan dan martabat pribumi terhadap pemerintahan kolonial Belanda pada saat itu.

Sebagaimana judul di atas, tulisan ini tentu bukan bermaksud mengurai sejarah Geger Cilegon, akan tetapi dari peristiwa sejarah yang telah terjadi lebih se-abad itu, sepertinya harus kita analisa bersama dan bisa mengambil pelajaran kemiripan konteks ‘Keresahan’ masyarakat Cilegon yang menjadi pemicu jatuhnya banyak korban jiwa.

Keresahan yang dialami masyarakat Cilegon beberapa bulan belakangan ini, seperti sudah kita ketahui bersama akibat dari merebaknya isu penculikan anak-anak yang menjadi viral tersebar luas di media sosial, yang kemudian dengan cepat terdengar dari mulut ke mulut masyarakat. Bahkan isu penculikan anak tersebut mirip seperti teror karena adanya penyebutan ciri-ciri pelaku sampai unsur kekejian motif penculikan anak, yakni untuk diambil organ-organ tubuhnya dan dijual di pasar bebas.

Secara psikologis, keresahan orang yang khawatir akan kesulitan ekonomi tentu kalah preesure batinnnya dengan keresahan orang yang takut kehilangan anaknya, yang bila di-logika-kan banyak orang mencari ekonomi tujuan utamanya untuk anak, sebagaimana pepatah mengatakan; anak sebagai buah hati belahan jiwa.

Keresahan akan kehilangan anak sudah barang tentu menjadikan orang lebih sensitif karena ketenangannya terganggu, merasa tidak aman, jadi mudah curiga, gampang terpancing emosi.

Dan kini korban pun sudah berjatuhan, dari yang hanya babak belur sampai tewas mengenaskan dihajar massa. Tercatat di wilayah hukum Polres Cilegon dalam bulan Maret ini saja sudah ada dua korban jiwa akibat dari aksi main hakim sendirinya masyarakat yakni di Kecamatan Ciwandan yang disusul di Kecamatan Puloampel.

Lalu sudah adakah upaya Pemerintah Kota Cilegon dan Kepolisian untuk meredam atau mengatasi keresahan masyatakat Cilegon agar tidak ada jatuhnya korban lagi?

Sejak isu penculikan menyebar dan seringnya kejadian aksi main hakim sendiri masyarakat, sampai berjatuhan korban, sudahkah ada upaya pendekatan preventif dan persuasif dari pihak pemerintah Kota Cilegon kepada masyarakat?
Sedangkan Walikota Cilegon sendiri dalam beberapa waktu belakang ini saja diketahui sedang berada di luar kota dan luar negeri.

Sedangkan Pak lurah, apa yang sudah diperbuat? Tentu masyarakat Cilegon lebih mengetahui dan bisa lebih objektif menilai langkah apa yang dilakukan 43 Lurah yang berada di wilayah kelurahan masing-masing kepada warganya yang tengah dilanda keresahan?

Bagaimana dengan Polisi? Dengan sudah jatuhnya korban jiwa saja bisa dinalar kalau pihak Kepolisian dalam hal ini Polres Cilegon sebagai penegak hukum, terlambat mendatangi TKP untuk mencegah aksi massa dan jatuhnya korban jiwa. Padahal kecanggihan teknologi informasi sudah sedemikian cepatnya dan tidak begitu luasnya wilayah Cilegon jika dibandingkan dengan daerah lain. Jadi silahkan nalar sendiri.

Sementara di beberapa media online, Kapolres Cilegon saat ditanyai rekan-rekan media, selalu menjawab “Belum ada laporan orang kehilangan anak”. Kalau tahu isu penculikan anak itu Hoax dan mengetahui masyarakat di wilayah hukumnya sedang mengalami keresahan, ketenangannya terganggu dan butuh keamanan -apakah sejak isu ini muncul kira-kira beberapa bulan yang lalu, sudah adakah upaya Polres Cilegon
mengintensifkan Polmas (Polisi Masyarakat), misalnya?
Dengan mendatangi masyarakat atau mengundang elemen-elemen masyarakat memberi penjelasan bahwa isu penculikan itu tidak benar adanya dan melakukan pendekatan persuasif kepada masyarakat serta pemahaman prosedur hukum agar masyarakat tidak main hakim sendiri.

Walaupun isu penculikan ini bukan hanya ada di wilayah Cilegon saja namun juga tersebar luas di berbagai daerah lain. Tapi alangkah bijaknya kalau Cilegon ‘sedia payung sebelum hujan, apalagi sudah terjadi hujan-hujan darah korban aksi massa’.

Dan kedepan, diharapkan ada upaya serius dari kedua pihak otoritas di atas untuk bagaimana caranya memberikan rasa aman kepada masyarakat Cilegon dan tentunya mencegah jatuhnya korban jiwa lagi. (*)

Isu Meresahkan MasyarakatPenculikan Anak
Comments (0)
Add Comment