Chandra Asri Dapat Pinjaman Rp 1,5 Triliun, Untuk Proyek Apa?

Hut bhayangkara

 

JAKARTA – PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. mendapat fasilitas pinjaman senilai US$100 juta atau setara Rp 1,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.015 per dolar AS) dari PT Bank OCBC NISP Tbk.

Chief Financial Officer Chandra Asri Andre Khor menyebutkan pihaknya sangat antusias untuk memperluas dan meningkatkan hubungannya dengan Bank OCBC NISP.

“Komitmen bank untuk kemitraan jangka panjang dan pemahaman mendalam tentang model bisnis nasabah adalah bukti komitmen mereka terhadap keberlanjutan, dengan fokus pelanggan yang kuat,” kata Andre dalam keterangan resmi yang dirilis oleh perusahaan berkode saham TPIA tersebut, Kamis, 7 Juli 2022.

Sementara itu, Direktur Bank OCBC NISP Martin Widjaja mengatakan pinjaman ini diberikan untuk memfasilitasi pertumbuhan bisnis industri petrokimia Indonesia. “Kerja sama strategis ini merupakan langkah awal yang baik untuk kedua belah pihak.”

Lebih jauh Martin menjelaskan, sebagai mitra perbankan, bank berkode saham NISP itu berharap dapat memberikan layanan keuangan yang terintegrasi dan komprehensif.

Loading...

Tujuannya untuk mendukung TPIA agar tetap menjadi produsen petrokimia terintegrasi dan terbesar di Indonesia.

Chandra Asri sebagai produsen petrokimia terintegrasi dan terbesar di Indonesia terus berkomitmen untuk meningkatkan kapasitasnya guna memenuhi pertumbuhan permintaan produk petrokimia di dalam negeri. Salah satu strategi perusahaan adalah mengembangkan kompleks CAP2 berskala dunia.

Adapun pembangunan kompleks ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor, mengembangkan industri hilir petrokimia lokal, mendukung visi pemerintah untuk Industri 4.0, dan menciptakan karir jangka panjang yang bernilai tinggi.

Sepanjang kuartal pertama tahun 2022, TPIA mencatat rugi bersih sebesar US$ 11,1 juta. Angka ini turun dibandingkan periode serupa tahun lalu yang mencapai US$ 84,5 juta.

Sementara margin petrokimia yang lebih ketat dan lingkungan makro yang menantang belakangan ini membuat EBITDA Chandra Asri turun menjadi US$ 24,1 juta dari US$ 146,7 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Selain itu, beban pokok pendapatan Chandra Asri naik 45 persen menjadi US$ 652,7 juta dari US$ 450,8 juta pada pada kuartal I tahun 2021. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh harga bahan baku rata-rata yang lebih tinggi dengan Naphtha pada US$ 856 per ton dibandingkan dengan rata-rata US$ 534 per ton pada kuartal serupa tahun lalu.

Kenaikan beban pokok pendapatan Chandra Asri ini di antaranya dilatarbelakangi oleh kenaikan 66 persen di harga minyak mentah Brent selama kuartal I pada tahun 2022 dengan rata-rata US$ 101 per barel berbanding rata-rata pada kuartal pertama tahun 2021 sebesar US$ 61 per barel. (*/Tempo)

Ks rc
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien