Wajib Tahu, Hari Kasih Sayang dalam Islam Itu Setiap Tanggal 10 Ramadhan
Oleh: Ilung (Sang Revolusioner)
MUNGKIN banyak ummat Muslim khususnya para remaja yang belum mengetahui bahwa ternyata ada hari kasih sayang di dalam tradisi Islam. Bahkan karena ketidaktahuan dan cuma asal ikut-ikutan trend saja atau supaya dikatakan gaul, para remaja muslim kita pun lebih hafal memilih merayakan hari kasih sayang dalam format ‘Valentine Day’ yang sebenarnya berasal dari sejarah dan tradisi ummat agama lain yang populer di dunia jatuh pada tanggal 14 Februari.
Ummat Islam seakan cuek pada sejarah perayaan Valentine’s Day setiap pertengahan Februari itu. Padahal bahwasanya perayaan hari Valentine termasuk salah satu hari raya bangsa Romawi paganis (penyembah berhala), di mana penyembahan berhala adalah agama mereka semenjak lebih dari 17 abad silam.
Perayaan Valentine’s Day tersebut merupakan ungkapan dalam agama paganis Romawi kecintaan terhadap sesembahan mereka. Perayaan Valentine’s Day memiliki banyak versi sejarah dalam perkembangannya, namun akar sejarahnya berupa beberapa kisah yang turun-temurun pada bangsa Romawi dan kaum Nasrani pewaris mereka.
Tentu saja bagi kita ummat Muslim yang selama ini mengikuti perayaan Valentine Day kaum Nasrani sangat kontradiktif dengan Hadist berikut ini;
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻣَﻦْ ﺗَﺸَﺒَّﻪَ ﺑِﻘَﻮْﻡٍ ﻓَﻬُﻮَ ﻣِﻨْﻬُﻢْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”.
Apalagi kalau perilaku yang diserupai adalah berupa kemaksiatan.
Akan tetapi yang kemarin biarlah, sekarang kita pelajari agama Islam kita dengan seksama dan bersama-sama agar tidak salah kaprah lagi dalam melangkah.
Saya kira ummat Muslim harus bangga dan mulai patut merayakan Yaumul Marhamah, hari kasih sayang versi ajaran dan tradisi Islam yang diambil dari peristiwa mulia dan aspirasi demokrasi-plus Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Itu salah satu di antara sangat banyak kejadian sejarah syarat makna yang diizinkan Allah berlangsung pada bulan Ramadhan.
Hari kasih sayang versi Rasulullah Muhammad SAW itu mengandung dimensi-dimensi nilai yang tak terkirakan kadar kemuliaan sosialnya, keintiman kasih sayang universalnya, strategi cinta yang beyond kelompok, negara, pemetaan-pemetaan politik, kepercayaan diri yang luar biasa dalam konteks militer dan keterpaksaan dalam permusuhan.
Bahkan, selama Muhammad SAW terlibat dalam sejumlah peperangan karena dimusuhi, strategi yang beliau terapkan bukan ‘bagaimana memusnahkan musuh setuntas-tuntasnya’, tapi bagaimana meminimalisasi korban sampai sesedikit-sedikitnya kematian pada kedua belah pihak.
Bahkan peristiwa Fathu Makkah itu diabadikan oleh Allah di Surat Al-Fath, perkenan dan proklamasi kemenangan fathan mubina, kemenangan sangat nyata. Proklamasi itu dipaparkan dengan klausul-klausul permaafan atas dosa-dosa para pejuang murni, dosa yang lalu maupun yang masa kini, klausul penyempurnaan nikmat, serta klausul pertolongan-pertolongan besar atas masalah-masalah mereka.
Yang menurut saya sangat penting dari Yaumul Marhamah bukanlah kemenangan atas musuh. Maka ia tak disebut Yaumul Fath, hari kemenangan, melainkan hari kasih sayang yang padanan bahasa Eropanya valentine days. Karena pasalnya bukan terutama kemenangan kekuatan manusia atau kelompok atas kelompok atau manusia lain, melainkan kemenangan atas diri sendiri. Kemenangan atas nafsu sendiri.
Tapi sesungguhnya saya serius dengan makna Hari Kasih Sayang Islam versi Rasulullah Muhammad SAW. Fathu Makkah, yang diabadikan dalam Al Qur’an sebagai Fathan Mubina, kemenangan yang nyata, terjadi pada Bulan Ramadhan, tepatnya pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-8 Hijriyah.
Pasukan Islam dari Madinah berhasil merebut Kota Makkah. Diizinkan Allah memperoleh kemenangan besar. Ribuan tawanan musuh diberi amnesti massal…
Rasulullah SAW berpidato kepada ribuan tawanan perang: “…hadza laisa yaumil malhamah, walakinna hadza yaumul marhamah, wa antumut thulaqa”.
“Wahai manusia, hari ini bukan hari pembantaian, melainkan hari ini adalah hari kasih sayang, dan kalian semua merdeka kembali ke keluarga kalian masing-masing”.
Pasukan Islam mendengar pidato itu merasa shock juga. Berjuang hidup mati, diperhinakan, dilecehkan sekian lama, ketika kemenangan sudah di genggaman; malah musuh dibebaskan. Itu pun belum cukup. Rasulullah memerintahkan rampasan perang, berbagai harta benda dan ribuan onta, dibagikan kepada para tawanan.
Sementara pasukan Islam tidak memperoleh apa-apa. Sehingga sebagian pasukan Islam mengeluh, memprotes kepada Rasulullah.
Kemudian mereka (pasukan Islam) dikumpulkan dan Muhammad SAW bertanya: “Sudah berapa lama kalian bersahabat denganku?”
Mereka menjawab: sekian tahun, sekian tahun….
“Selama kalian bersahabat denganku, apakah menurut hati kalian aku ini mencintai kalian atau tidak mencintai kalian?” tanya Muhammad lagi.
“Tentu saja sangat mencintai,” saut pasukan Islam dan para sahabat.
Rasulullah mengakhiri pertanyaannya: “Kalian memilih mendapatkan onta ataukah memilih cintaku kepada kalian?”
Menangislah mereka para pasukan Islam karena cinta Rasulullah kepada mereka tidak bisa dibandingkan bahkan dengan bumi dan langit.
Tentu saja, andai kita orang Indonesia berada di situ sebagai bagian dari pasukan Islam, mungkin kita menjawab agak berbeda dan negosiasif: “Sudah pasti kami memilih cintamu ya Rasulullah, tapi masa cinta doang?” Hehe.
Maka, sebaiknya mulai kini kita ummat Muslim sudah sepantasnya dan sudah sepatutnya mengagungkan dan mengkampanyekan 10 Ramadhan ini sebagai Hari Kasih Sayang dunia, yang inshaAllah akan menjadi tonggak kebangkitan Islam.
Mari kita mulai merayakan Yaumul Marhamah atau Hari Kasih Sayang Islam sebagai momentum agar setiap saat output perilaku kita penuh kasih sayang terhadap sesama. (*)
*) Penulis adalah Jurnalis Fakta Banten Online