Bentuk Protes, Warga Gelar Sajadah dan Mikran di Luar Pagar Masjid Agung Cilegon

Hut bhayangkara

CILEGON – Masih ditutupnya Masjid Agung Nurul Ikhlas Cilegon pada malam hari di bulan suci Ramadhan, menuai protes salah satu warga dengan melakukan Mikran (Tadarus Qur’an) di luar pagar masjid termegah di kota baja tersebut.

Seperti foto-foto dan keterangan yang diunggah oleh warga Cilegon Fatari B Sadeli, di akun Facebooknya pada Senin (21/5/2018) dinihari.

Dalam postingannya, tampak dua orang petugas Ta’mir Masjid Agung di dalam pagar hanya melihat aksi tadarus yang dilakukan seorang diri oleh warga yang belum diketahui identitasnya itu.

Dalam keterangan yang ditulisnya, Fatari mengatakan, aksi itu sebagai bentuk protes atas kebijakan pengelola atau DKM Masjid Agung yang menutup Masjid pada malam hari di bulan Ramadhan.

Loading...

Banyak warga mengaku tidak sepakat dengan ditutupnya Masjid Agung Cilegon ini, sebab pada bulan suci waktu diturunkannya Al-Qur’an ini, biasanya banyak ummat yang memakmurkan masjid dengan ibadah. Selain itu, Mikran atau tadarus dengan pengeras suara masjid atau mushola sudah menjadi tradisi di Kota Cilegon.

“Salah satu bentuk protes warga Cilegon yang pintu gerbang Masjidnya digembok, terpaksa tadarus di luar pagar Masjid Agung Cilegon,” tulis Fatari B Sadeli.

Padahal, menurut keterangan salah satu anggota DPRD Kota Cilegon Erick Rebi’in, yang sepertinya tidak setuju dengan kondisi tersebut, menyebutkan bahwa ada 10 orang pengelola Masjid Agung yang selama ini mendapatkan honor sebesar Rp 3 juta per orang per bulan. Seperti apa yang ditulisnya pada kolom komentar berita faktabanten.co.id sebelumnya.

“10 x 3.000.000: 30.000.000, masa segitu tidak mampu,” tulis Erick.

Fakta Banten sendiri masih menunggu konfirmasi dan klarifikasi dari pihak Pengurus DKM terkait masalah ini. (*/Ilung)

Ks rc
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien