Chandra Asri Dapat Pinjaman Berjangka Rp9,7 Triliun untuk Pengembangan Usaha
JAKARTA – PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) meraih fasilitas pinjaman berjangka senior berkelanjutan sebesar US$ 600 juta atau setara Rp 9,7 triliun.
Perseroan menunjuk Oversea-Chinese Banking Corporation Ltd dan PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) atau Grup OCBC sebagai pengatur (arranger), serta agen dan koordinator fasilitas pinjaman tersebut.
Chandra Asri, Grup OCBC, dan beberapa pemberi pinjaman telah menandatangani perjanjian pada 30 Mei 2024. Tenor pinjaman selama 7 tahun dan terdapat opsi perpanjangan 3 tahun berikutnya.
“Fasilitas pinjaman berkelanjutan ini dapat dicairkan dalam mata uang dolar AS, renminbi (RMB), dan rupiah secara bertahap dalam jangka waktu 12 bulan sejak 30 Mei 2024. Pinjaman dapat digunakan oleh perseroan untuk keperluan umum, namun tidak untuk membiayai kegiatan yang berkaitan dengan batu bara,” ungkap manajemen Chandra Asri Pacific (TPIA) dalam keterangan resmi, Senin (3/6/2024).
Menurut Chandra Asri, fasilitas pinjaman berkelanjutan dapat mendukung pertumbuhan dan ekspansi grup perseroan.
Emiten berkode saham TPIA tersebut akan memiliki ketahanan dan kinerja keuangan yang lebih baik, serta fleksibilitas dalam pengaturan kas demi pertumbuhan.
TPIA menunjuk Grup OCBC sebagai mitra pembiayaan untuk membantu perseroan melalui kompleksitas pemenuhan kebutuhan pembiayaan dengan menyediakan fasilitas terstruktur yang disesuaikan dengan kebutuhan TPIA.
Selain itu, pembiayaan multi-currency lintas wilayah menunjukkan komitmen TPIA untuk memperluas posisi kompetitifnya ke level regional dan global, yang akan lebih memperkuat ketahanan keuangan dan kinerja perusahaan. Perseroan secara langsung menerima pinjaman itu dari institusi perbankan dalam maupun luar negeri.
“Fasilitas pinjaman berkelanjutan ini merupakan transaksi material, karena nilainya yang sebesar US$ 600 juta mencapai 20% dari ekuitas perseroan,” jelas manajemen.
Chandra Asri (TPIA) memiliki rencana besar untuk kilang minyak Shell Energy and Chemicals Park (SECP) di Singapura, yang tengah dalam proses akuisisi.
“Kami akan mengintegrasikan produksi SECP dengan aset-aset Chandra Asri lainnya, termasuk CA EDC yang tengah dibangun,” kata Direktur Keuangan Chandra Asri Pacific, Andre Khor dalam analyst meeting, baru-baru ini.
Dia memastikan bahwa produksi dari Shell Energy and Chemicals Park dan pabrik Chandra Asri bakal saling melengkapi, termasuk pemasaran produknya tidak akan saling menjatuhkan.
Sinergi tersebut juga memungkinkan emiten berkode saham TPIA itu untuk meningkatkan efisiensi dalam proses produksi.
“Akuisisi aset sepenuhnya selaras dengan strategi perusahaan untuk memperluas kapasitas produksi dan penawaran portofolio produk kepada pelanggan di pasar Asia Tenggara yang sedang berkembang,” tutur Andre.
TPIA, kata dia, memiliki arah yang jelas. Akuisisi Shell Energy and Chemicals Park akan makin memperkuat keseluruhan bisnis perseroan dalam meningkatkan dan memperlancar kurva nilai perusahaan, sebagaimana telah dikomunikasikan secara sistematis dalam strategi jangka panjang.
Adapun operasional Shell Energy and Chemicals Park nantinya dilakukan oleh CAPGC Pte Ltd, perusahaan patungan antara TPIA dan Glencore Plc. TPIA menjadi pemegang mayoritas saham CAPGC, sedangkan Glencore minoritas.
TPIA bersama mitra strategisnya, yaitu Glencore, telah menandatangani perjanjian untuk mengakuisisi 100% saham Shell Energy and Chemicals Park di Singapura dari Shell Singapore Pte Ltd.
Shell Energy and Chemicals Park terdiri atas kilang minyak mentah dengan kapasitas pemrosesan sebanyak 237.000 barel per hari, ethylene cracker berkapasitas 1,1 juta metrik ton per tahun di Pulau Bukom, serta aset kimia hilir di Pulau Jurong.
Mengenai nilai transaksi akuisisi, Andre belum bersedia menyebutkannya. Namun, dia menegaskan bahwa pendanaan akuisisi SECP tersebut bakal berasal dari sumber internal perseroan. TPIA menargetkan keseluruhan proses akuisisi rampung pada akhir tahun ini.
“Kami memastikan bahwa posisi Chandra Asri kuat, neraca kami tetap kuat dan kami memiliki sumber daya serta likuiditas yang lebih dari cukup untuk menyelesaikan investasi strategis ini,” ujar dia. (*/Investor)