CILEGON – Meski kondisi perbajaan nasional tengah menggeliat namun industri baja belum bisa untung banyak, hal ini lantaran tingginya biaya energi (gas alam dan listrik).
Kondisi seperti itu juga dirasakan pahit oleh produsen baja nasional, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., meski diuntungkan dengan kondisi harga baja yang semakin membaik namun harga energi yang mahal membuat KS mesti membuat terobosan untuk menyeimbangkan cost produksi.
Untuk menjaga keseimbangan tersebut produsen baja Krakatau Steel melakukan pola operasi dengan menerapkan strategi make or buy.
Corporate Secretary PT KS, Suriadi Arif menjelaskan, dalam struktur biaya produksi, biaya bahan baku merupakan porsi biaya terbesar diikuti oleh biaya energi (gas alam dan listrik).
“Dengan semakin mahalnya biaya energi di dalam negeri dan adanya sumber bahan baku (slab dan billet) impor yang lebih kompetitif maka Perseroan mengambil langkah strategis yaitu menerapkan Make or Buy Strategy,” ujarnya, Rabu (24/1/2017).
Untuk belanja impor ini, Krakatau Steel mengkhususkan untuk pengadaan bahan baku semi finished product berupa slab sebagai bahan baku utama di Hot Strip Mill (HSM) dan Billet sebagai bahan baku di Wire Rod Mill (WRM).
“Melalui strategi ini dapat ditempuh pembelian slab dan atau billet dari sumber impor dengan mengurangi produksi sendiri dan atau sebaliknya,” imbuhnya.
Dengan strategi ini, Krakatau Steel berharap bisa lebih banyak dapat keuntungan di tahun 2018 ini. (*/Yosep)