HUT Banten, Mahasiswa Cilegon Gelar Aksi Soroti Dinasti Politik
CILEGON– Puluhan mahasiswa yang terdiri dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Cilegon dan Gerakan Mahasiswa Cilegon (GMC) melakukan demonstrasi sebagai bentuk refleksi di momentum HUT Provinsi Banten Ke-18, pada Kamis (4/10/2018).
Aksi yang dilakukan di depan gedung DPRD Kota Cilegon ini, dimulai dari titik kumpul tugu Landmark Cilegon. Dalam orasinya, Ketua GMNI Kota Cilegon sekaligus Korlap Aksi, Saihul Ihsan, mengatakan, aksi ini sebagai ajang evaluasi, mengkontemplasi tradisi politik di Banten yang berujung pada tingginya kasus korupsi.
“Dalam catatan KPK, Provinsi Banten menjadi provinsi terkorup ke-3 di Indonesia, salah satunya Cilegon. Dinasti politik yang menciptakan korupsi ini tentu saja mencengkram substansi filsafat demokrasi Indonesia, yakni asa kehidupan rakyat yang memberikan hak penuh kepada rakyat sebagai entitas merdeka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.
Lebih lanjut, Saihul juga secara spesifik menyoroti praktik dinasti politik di Cilegon. Menurutnya secara teoritik praktik, dinasti politik bisa menimbulkan berbagai ancaman problematis dalam kehidupan politik arus lokal.
“Tercatat sudah 19 tahun Cilegon berdiri dan dipimpin oleh satu kelompok sanak saudara menggantikan kedudukannya sebagai pejabat publik menimbulkan mosi tidak percaya, dimana dinasti politik sering terjerembab dalam kasus-kasus KKN, maka ini harus diputus,” tegasnya.
Selanjutnya, dalam momen HUT Banten ini, pihaknya juga menyoroti soal mandulnya kinerja pejabat eksekutif di Kota Cilegon yang sudah setahun lebih dipimpin oleh Pelaksana Tugas (Plt) yang bersifat sementara dan pada akhirnya tidak dapat melaksanakan portofolio atas jabatan tersebut.
“Kewenangan Plt dibatasi pada hal-hal yang bersifat strategis karena Plt hanya bersifat sebagai pelanjut roda pemerintahan bukan kepala daerah definitif. Ini bisa menghambat roda pemerintahan,” terangnya.
Aksi yang diiringi teatrikal keranda mayat sebagai simbol matinya demokrasi ini, sempat memanas saat para mahasiswa membakar keranda mayat tersebut yang ternyata berisi dua ban mobil. Setelah api mereda, perwakilan DPRD akhirnya mendatangi para mahasiswa untuk mendengarkan aspirasinya secara langsung.(*/Ilung)
[socialpoll id=”2521136″]