KPK Ingatkan Helldy-Sanuji Soal Pengadaan Barjas dan Refocusing Dana Covid-19

CILEGON – Dalam rapat koordinasi pemberantasan korupsi terintegrasi antara Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon, dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Yang membahas titik rawan korupsi di daerah seperti, perencanaan dan penganggaran serta pengadaan barang dan jasa (Barjas).

Direktur eksekutif dan supervisi wilayah II koordinasi dan supervisi KPK Yudhiawan Wibisono menjelaskan beberapa titik rawan korupsi seperti, refocusing anggaran covid-19. Dimana, di tahun 2019 sudah dianggarkan kebijakan untuk 2020, tapi ada refocusing untuk membantu penanganan covid-19 berupa APD.

“Baik berupa bantuan sosial dan kegiatan yang menunjang. Inilah yang jadi program khusus yakni perencanaan dan penganggaran. Kami sudah bicara ke DPRD, karena yang berperan OPD dan DPRD jangan sampai timbul siap menyuap, gratifikasi dan pemerasan,” kata Yudhiawan Wibisono, Jum’at (5/03/2021).

Ia juga mengingatkan, Kepala Bappeda karena bertugas mengumpulkan dana dari Cilegon ditambah dari pusat, agar jangan sampai diselewengkan.

“Misal ada pengusaha si A, ingin proyek bangun jembatan, karena dia punya kemampuan dia hubungi PU Agar segera diselenggarakan. Akhirnya diketuk 1 miliar, 100 juta kadis, 100 juta dewan, 100 juta ULP, 100 juta timses nya. Habis dong dana ini,” tuturnya.

Yudhiawan pun siap mendampingi, agar arah pembangunan tidak melenceng, nanti bangunan tak sesuai yang diharapkan, semisal baru setahun sudah retak. Dan, titik rawan korupsi di daerah itu pengadaan barang dan jasa, ada peraturan terbaru itu.

“Bapak Walikota bisa mengundang pusat, untuk membahas pengadaan dan jasa itu. Agar tak ada pengaturan pemenang, lalu pinjam bendera, lalu spesifikasi teknis dan HPS itu sering bermasalah,” ungkapnya, dalam rapat koordinasi.

Ia meminta, agar Helldy Sanuji berhati-hati, karena hal seperti ini bila Walikota tak mau, akan lari ke Wakil Walikota. Dan bila tak mau, bisa ke isterinya atau ke anaknya.

“Cukup Ibu itu Dharma Wanita, di rumah saja. Jangan mendorong suaminya korupsi atau hidup bermewah-mewahan. Penyidik itu sebelum masuk sudah tahu persis, apa yang terjadi,” pungkasnya. (*/A.Laksono).

Honda