Pasangan Disabilitas di Cilegon Ini Tinggal di Gubuk Bekas Pallet

Bawaslu Cilegon Stop Politik Uang

CILEGON – Ratusan perusahaan serta megahnya hingar bingar Kota Cilegon ternyata tidak menunjukan bahwa Kota Baja ini menjadi kota yang sejahtera dan jauh dari kemiskinan.

Adalah pasangan tuna netra Hadeli (43) dan tuna rungu Rodiyah (57), warga Link Sumur Watu RT 12 RW 02, Kelurahan Deringo, Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon, yang hidupnya sangat jauh berbeda di banding para investor-investor asing yang menikmati nikmatnya Kota Baja ini.

Pasalnya, selama dua tahun pasangan ini menempati gubuk dari papan bekas pallet dan hidup serba kekurangan dan seadanya.

KPU Cilegon Coblos

Dengan penghasilan yang tidak menentu, yaitu hanya sebagai tukang urut panggilan, keluarga ini hidup serba kekurangan.

Bahkan, untuk soal penerangan rumah, mereka hanya mengandalkan uluran tetangga yang mau berbaik hati menyalurkan arus listrik ke rumah mereka.

Advert

Padahal, diketahui Hadeli pernah mengharumkan nama Kecamatan Citangkil sebagai seorang Qori pada tahun 2005 tingkat Cilegon. Namun perhatian dari Pemerintah Kota dan Kecamatan belum maksimal dirasakan oleh masyarakat kelas bawah ini.

Hadeli (43), warga penyandang disabilitas saat ditemui di kontrakannya / dok

Sementara saat ditemui wartawan FaktaBanten.co.id di kediamannya, Hadeli bersama istri tercintanya Rohayati, mengaku sudah dua tahun menempati rumah yang terbuat dari papan bekas pallet.

“Menempati rumah ini saya sudah dua tahun, untuk mengontrak nggak mungkin Mas,” katanya, Selasa (10/4/2018).

Lebih lanjut dikatakannya, penghasilan yang tidak menentu menyebabkan keluarga Hadeli harus tinggal di gubuk tersebut.

“Karena penghasilan saya tidak menentu cuma sebagai seorang tukang urut panggilan dari rumah ke rumah itupun kalau ada job, kalau tidak ada yah saya di rumah aja, makan pun seadanya kalau ada yah dimakan kalau nggak ada yah nunggu belas kasihan dari tetangga,” katanya.

Sementara itu Nasuri, selaku Ketua RT 12, Lingkungan Sumur Watu, Kelurahan Deringo, Kecamatan Citangkil, membenarkan bahwa Hadeli kesehariannya hanya tukang urut panggilan yang penghasilannya tidak menentu.

“Selama ini, ada beberapa yang sudah datang untuk foto rumah dan wawancara pada Hadeli, dan berniat membantu tapi hingga kini bantuan nggak kunjung tiba, saya juga bingung harus berbuat apalagi,” ucapnya kepada wartawan.

Menurutnya, hal ini juga sudah disampaikan kepada pihak pemerintah yakni Kelurahan Deringo untuk meminta perhatian, namun belum ada realisasi hingga saat ini.

“Saya sih, berharap kepada pemerintah atau para dermawan untuk membantu keluarga ini, karena Hadeli memang perlu dibantu, terus terang Hadeli juga seorang Qori yang pernah mengharumkan Kelurahan Deringo di ajang MTQ,” pungkasnya. (*/Asep-Tolet)

PUPR Banten Infografis
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien