Honda Slide Atas

Pemadaman Listrik Masjid Agung Sebagai Contoh Disiplin, Ketua HKTI Cilegon: Logika Ini Berbahaya

 

CILEGON – Pernyataan Supervisor PT PLN Persero, Ibnu, yang menyebutkan bahwa pemadaman listrik di Masjid Agung Nurul Ikhlas dilakukan sebagai contoh agar masyarakat disiplin membayar listrik, menuai kritik tajam dari berbagai pihak dan elemen masyarakat.

Salah satunya datang dari Erwin Ardiansyah, Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kota Cilegon sekaligus bagian dari Tim Sukses Robinsar – Fajar, yang turut menyoroti pernyataan tersebut.

“Saya sangat menyayangkan pernyataan dari pihak PLN, Pak Ibnu, yang saya baca di platform berita, yang seolah-olah bangga dengan pemadaman listrik di Masjid Agung Nurul Ikhlas. Masjid ini bukan hanya bangunan, tetapi tempat ibadah dan simbol kebersamaan masyarakat Cilegon. Jika PLN ingin memberi contoh, seharusnya dilakukan dengan edukasi yang lebih baik, bukan dengan mencabut listrik dari rumah ibadah seperti memberi hukuman,” ujar Erwin, saat diwawancarai pada Selasa (28/1/2025).

Menurutnya, pernyataan seperti itu mencerminkan logika yang berbahaya dan berpotensi memperburuk hubungan antara PLN dan masyarakat.

“Dia bilang, ini sebagai contoh masyarakat agar tepat membayar listrik. Ini logika yang berbahaya! Harusnya PLN hadir sebagai solusi, bukan menambah masalah. Kalau ada keterlambatan, apa sulitnya komunikasi lebih baik dengan pengurus masjid? Jangan malah jadikan pemadaman ini sebagai ajang unjuk kekuasaan,” tegasnya.

Erwin menilai, keputusan mencabut listrik dari masjid tidak hanya berdampak pada terganggunya aktivitas ibadah, tetapi juga melukai hati umat Islam yang menjadikan masjid sebagai pusat kehidupan spiritual dan sosial.

“Tempat ibadah itu harusnya mendapat perhatian khusus, bukan diperlakukan seperti tempat biasa. PLN harus lebih peka terhadap dampak sosial dari keputusan seperti ini. Jangan sampai masyarakat melihat PLN sebagai institusi yang hanya menuntut, tapi abai pada realitas sosial di lapangan,” tambahnya.

Lebih lanjut, Erwin berharap PLN dapat mengevaluasi kebijakan internalnya terkait tempat ibadah, dengan mengutamakan dialog dan pendekatan yang manusiawi sebelum mengambil langkah drastis seperti pemutusan listrik.

“Masjid bukan hanya bangunan biasa. Di sana umat Islam meminta rezeki, kesehatan, dan keberkahan. Keputusan seperti ini tidak hanya soal teknis, tetapi juga soal hati nurani. PLN seharusnya hadir untuk memberikan solusi, bukan menambah keresahan masyarakat. Saya harap ini menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama PLN, agar lebih bijak ke depan,” tutup Erwin. (*/Hery)

WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien