CILEGON – Memiliki ijazah sarjana komputer, Rudi Iskandar, justru memilih usaha berternak kambing. Sempat merasa malu dengan teman dan tetangga kanan-kiri, pria asal Curug Katimaha, Kelurahan Bagendung, Kecamatan Cilegon ini berusaha membuktikan, kambing pun bisa menjadi jalan ekonomi dan sukses hidup.
Pemuda yang akrab dipanggil Kang Bob ini juga dikenal sebagai seorang aktivis yang tercatat sering ikut bahkan beberapa kali memimpin demonstrasi besar-besaran di Kota Cilegon. Suatu ketika, ia akhirnya tak tahan dengan godaan bisnis budidaya kambing.
Kang Bob mengaku telah jatuh hati pada kambing peranakan etawa (PE). Apalagi selain mendapatkan penghasilan hingga puluhan juta pertahunnya, kotoran kambingnya bisa digunakan sebagai pupuk pertanian, bidang usaha yang juga digarapnya.
“Sudah jengah aja dengan yang selama ini, mending sekarang angon wedus ajalah. Kalau nurutin malu ya susah, padahal hasilnya lumayan baru umur 1-2 tahun saja harganya sudah Rp 2,5 juta, yang lebih besar dari usia itu bisa Rp 3 juta lebih. Kotorannya juga bisa buat pupuk pertanian,” ujarnya.
Tidak sebagaimana pola angon wedus tradisional dimana kambing dikepar di padang rumput. Untuk kambing kelas atas yakni jenis etawa yang dipeliharanya, Kang Bob menerapkan manajemen ternak kandang dengan pakan dan kebersihan kandang untuk kualitas dan kesehatan kambingnya yang memerlukan perhatian khusus.
“Kambing jenis ini kurang cocok di umbar mah, jenis daun makanannya harus benar-benar pilihan, asal kita intensif membersihkan dan memberi pakan seperti rumput gajah, dedaunan hijau lamtoro, kaliandra dan kleresede,” terangnya.
Kang Bob merintis usaha budidaya mengembangkan kambing jenis Etawa yang bisa dikembangkan keturunannya menjadi tiga yaitu Jarawandu, Peranakan Etawa (PE) dan Senduro ini sejak setahun yang lalu dari empat ekor kini sudah ada belasan ekor di kandangnya, belum yang sudah dijualnya.
“Sudah ada setahun mah, yang saya ternak ini etawa untuk pedaging, etawa juga bisa diperuntukan untuk kontes dan diambil susunya. Pembeli atau konsumen datang sendiri ke kandang, biasanya untuk aqiqah, hajatan atau selamatan dan yang ramai pada lebaran haji,” jelasnya.
Ia menghimbau kepada kalangan anak muda di Cilegon untuk tidak malu menggeluti usaha pertanian dan peternakan. Menekuni budidaya seperti itu dibutuhkan sikap ulet. Jika alasan modal menjadi batu sandungan, bagi pemula bisa saja mengawali dengan membudidayakan kambing jenis lain yang lebih murah seperti kambing kacang.
“Segini enaknya angon, saya prihatin melihat kalangan pemuda di Kota Cilegon yang lebih gemar nongkrong di kafe dan di jalanan tanpa mau berupaya mengubah nasib, lihat saja yang angon yang masih ada sekarang jarang ada pemudanya, kebanyakan orang tua,” imbuhnya.
“Nggak usah malulah ini kan kearifan lokal dari nenek moyang kita, bahkan sejak para Nabi Muhammad SAW, Nabi Ibrohim As, dan Nabi-nabi lainnya. Katanya menteladani Nabi Muhammad, Kok malu angon wedus?” ucapnya.
Kang Bob sendiri mengaku siap jika dimintai ilmu dan pendapat untuk dijadikan tempat belajar atau sekadar diskusi bersama mengenai budidaya kambing etawa ini.
“Tidak seperti di daerah lain, di sini masyarakat berkecenderungan gengsi untuk angon wedus. Dan yang perlu jadi catatan bagi Pemkot Cilegon adalah untuk turut berperan mengkampanyekan budidaya kambing kepada masyarakat Cilegon,” tandasnya. (*/Ilung)