Dinilai Tak Wajar, PA GMNI Cilegon Kecam Impor Baja China
CILEGON – Ketua Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Cilegon, Supriyadi menyayangkan dengan adanya peningkatan impor tidak wajar di tahun 2021, hal tersebut akan menurunkan utilisasi industri baja dalam negeri.
Diketahui berdasarkan data BPS, hingga November 2021, volume impor baja mencapai 5,32 juta ton. Melonjak sebesar 23% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 sebesar 4,32 juta ton. Porsi impor terbesar terjadi pada produk baja Cold Rolled Coil/Sheet (baja lembaran canai dingin) sebesar 1,69 juta ton yang mengalami kenaikan 76% dibandingkan periode sama tahun 2020.
“Industri baja yang merupakan industri strategis yang banyak mengalami tekanan akibat maraknya impor, jangan sampai baja impor menyerbu, industri baja dalam negri meleleh,” ungkap Ketua PA GMNI Cilegon Supriyadi melalui rilis tertulis yang diterima Fakta Banten, Jumat, (4/2/2022).
Supriyadi menilai, permasalahan dari peningkatan impor ini adalah ikut mengisi pangsa pasar yang seharusnya dapat diisi oleh produk baja dalam negeri.
“Oleh karenanya baja impor akan semakin menurunkan utilisasi industri baja dalam negeri yang saat ini masih rendah, dan juga diduga ada dumping harga,” ujarnya.
“PA GMNI Cilegon mengecam peningkatan impor baja tidak wajar di tahun 2021 yang diduga dari China dengan indikasi praktik circumvention,” imbuh Supriyadi.
Dia menambahkan, pelaku industri membutuhkan perlindungan yang dapat mendorong kesempatan bersaing yang adil dan melindungi investor industri baja melalui terciptanya iklim perdagangan yang lebih sehat.
Sehingga, industri nasional dapat berkembang disituasi pandemi ini.
“Untuk mencapai kemandirian industri baja di Indonesia sudah sepatutnya pemerintah turut mendukung pengetatan impor baja melalui kebijakan-kebijakan yang berpihak pada industri nasional, seperti anti dumping baja, sehingga industri baja nasional dapat bersaing dan terciptanya iklim perdagangan yang sehat,” ujarnya.
Dia menyampaikan bahwa industri baja hulu seperti Krakatau Steel merupakan bisnis strategis dan prioritas yang perlu didukung dengan berbagai kebijakan yang menguntungkan industri baja nasional, jika Impor baja tak dibendung akan menghambat implementasi pembangunan Cluster Industri Baja 10 Juta Ton di Cilegon.
“Perlu adanya keberpihakan pemerintah kepada industri baja nasional seperti Krakatau Steel Cilegon yang nantinya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan,” pungkasnya. (*/Ihsan)