Dinkes Catat Ada 5 Ribu Kasus TBC di Banten

DPRD Pandeglang Adhyaksa

SERANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten mencatat, hingga April 2024 ditemukan sebanyak 5 ribu kasus Tuberkulosis atau TBC di Provinsi Banten. Jumlah tersebut menempatkan Banten sebagai urutan pertama daerah dalam penangan kasus TBC secara nasional.

“Hingga April tahun ini, dari total target kita sudah sudah menemukan kasus mencapai 39 persen atau sekitar 5 ribu kasus, dan Banten menjadi yang pertama terbaik dalam menemukan kasus (TBC),” Kepala Dinkes Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti kepada wartawan usai rapat Percepatan Penanganan TBC secara virtual di Pendopo Gubernur Banten, KP3B, Kota Serang, Senin (10/6/2024) kemarin.

Selama tahun 2024 ini, Pemprov Banten menargetkan temuan TBC sebanyak 14 ribu kasus. Hasil temuan itu nantinya akan dilakukan pengobatan, hingga menekan penyebaran kasus TBC di Banten.

Ia mengaku akan terus intensif mencari kasus TBC di Banten. Paling tidak kata dia, bisa mencapai 90 persen di 2024. Bahkan sebutnya, Pj Gubernur Banten Al Muktabar sudah mengeluarkan Surat Keputusan dan Peraturan Gubernur (Pergub) Banten kaitan dengan penanganan kasus TBC.

“Makanya kita selalu menjadi yang tertinggi. Selain itu kita juga sudah membuat tim percepatan penanganan TBC yang menggerakkan seluruh stackholder dari OPD, kader posyandu, tenaga pendamping, sampai NGO,” katanya.

Dikatakannya, setelah menemukan kasus itu, pihaknya akan langsung menangani para penderita TBC melalui pengobatan yang dilakukan secara berkala tergantung pada seberapa parah kasus yang ditemukan.

Jika masuk kategori satu, maka pihaknya akan obati selama enam bulan tidak terputus. Kemudian untuk kategori dua, diobati selama delapan bulan, kategori tiga diobati selama 12 bulan, dan untuk yang sudah resisten bisa lebih dari satu tahun.

Selain diberikan pengobatan kepada penderita TBC, Pemprov juga memberikan edukasi kepada anggota keluarga yang bersangkutan agar tidak terlalu aktif berinteraksi dengan penderita TBC serta menjaga imunitas dengan baik.

Jika tidak diobati secara rutin, lanjut Ati, maka proses penyembuhan akan semakin lama karena kumannya yang semakin kebal, dan penyebarannya semakin luas.

“Dari 6 bulan itu, dua bulan pertama untuk tidak menularkan karena minum obat tapi belum sembuh, bulan selanjutnya baru sembuh,” ungkapnya. (*/Faqih)

WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien