TANGERANG – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten melakukan kick off persiapan pelaksanaan Sensus Pertanian Tahun 2023, yang ditandai dengan digelarnya Rapat Teknis Daerah (Ratekda) di salah satu hotel di Kota Tangerang, Senin (19/12/2022).
Sebanyak 9.814 petugas pendataan lapangan (PPL) akan dikerahkan pada sensus pertanian (ST2023) yang berlangsung serentak di seluruh Indonesia, tanggal 1 – 31 Mei 2023.
Hariyanto, Statistisi Ahli Madya yang juga Ketua Tim Pelaksanaan ST2023 di Provinsi Banten, menegaskan kesiapan jajarannya untuk melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik.
Sejumlah persiapan pelaksanaan ST 2023 akan dimulai dalam waktu dekat, diantaranya sosialisasi, pelatihan instruktur, rekrutmen dan melatih para petugas lapangan, hingga penyiapan dokumen dan instrumen sensus.
“Karena jumlahnya banyak, tahun ini melakukan pelatihan secara berjenjang, dari mulai instruktur nasional, kemudian intrukstur nasional akan melatih instruktur daerah, jadi instruktur daerah akan memberikan materi kepada petugas pendata lapangan. Selain itu juga kita mulai menyiapkan bahan untuk kuisioner sensus,” ujar Hariyanto kepada wartawan di sela-sela kegiatan Ratekda.
Untuk pendaftaran calon petugas pendataan lapangan ST2023 sendiri akan dimulai pada bulan Februari 2023.
Setelah rekrutmen, BPS juga mempersiapkan bagaimana sebelum turun ke lapangan, petugas sensus terlebih dahulu dilatih secara khusus, untuk memahami metodologi sensus, konsep dan definisi setiap variabel yang ditanyakan dalam kuisioner, termasuk etika dan tatacara berwawancara.
Selain PPL, BPS juga akan merekrut Petugas Pengolah Data untuk tingkat Koordinator Kecamatan dengan sistem kontrak. Sedangkan kewenangan rekrutmen petugas sensus pertanian ada di BPS kabupaten/kota.
“Kalau BPS Provinsi Banten hanya supervisi, koordinasi dan monitoring,” kata Hariyanto.
BPS akan mengumumkan secara terbuka pendaftaran dengan memprioritaskan warga setempat yang memenuhi persyaratan, di antaranya lulusan SLTA, bisa melakukan wawancara dengan baik, berperilaku baik, dan mampu menulis secara jelas.
“Petugas pendataan lapangan itu nantinya akan melakukan pendataan menemui responden yakni seperti petani perorangan dari rumah ke rumah (door to door) atau juga para pelaku usaha pertanian berbadan hukum dan usaha pertanian lainnya seperti di pesantren dan kelompok masyarakat,” jelasnya.
Ada dua mode pendataan yang akan digunakan pada ST2023, yakni CAPI (Computer-assisted Personal Interviewing), dan PAPI (Pencil and Paper Interviewing).
“CAPI, pendataan online dibantu oleh petugas menggunakan gadget, sekaligus dilakukannya suatu wawancara, ini untuk di wilayah perkotaan saja. Nanti syarat jadi petugasnya juga harus memiliki dan bisa menggunakan handphone android. Kalau PAPI, pendataan yang masih berbasis kertas yang disertai dengan kuesioner,” imbuhnya.
Untuk jumlah responden sendiri, Hariyanto menjelaskan bahwa BPS akan memadukan data hasil Sensus Pertanian Tahun 2013 dengan data terbaru hasil Survei Regsosek (Registrasi Sosial Ekonomi) pada tahun 2022 ini.
“Kita sudah pernah mendata rumah tangga pertanian, usaha pertanian perorangan dasarnya dari hasil Sensus penduduk dan Regsosek yang kemarin. Sehingga sudah ada gambaran awal, jumlah penduduk yang berprofesi sebagai petani,” tegasnya.
Untuk hasil yang akan diharapkan pada Sensus Pertanian 2023 nanti diantaranya, Direktori pelaku usaha pertanian (by name by address). Struktur demografi petani. Lahan pertanian menurut penggunaan sampai level desa.
Geospasial statistik pertanian. Volume dan nilai produksi komoditas pertanian. Penggunaan teknologi modern pada usaha pertanian. Data kelompok tani menurut desa (melalui hasil podes ST2023). Indikator global (Small Scale Food Producer). Selain itu, Data urban farming, petani milenial, dan perhutanan sosial. (*/Ipul)