UNICEF Dukung Upaya Pencegahan dan Penanganan Gizi Buruk di Banten

BI Banten Belanja Nataru

SERANG – UNICEF Indonesia telah menyerahterimakan dukungan logistik untuk program Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi (PGBT) sebagai suatu upaya  mitigasi dampak pandemi Civid-19 pada anak balita di Provinsi Banten.

Sebanyak 1.500 boks Ready-to-Use Therapeutic Food (RUTF). RUTF adalah makanan terapi khusus untuk anak balita gizi buruk tanpa komplikasi yang mendapatkan perawatan rawat jalan sesuai dengan Pedoman Pencegahan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2019. 

PGBT yang terdiri dari komponen mobilisasi masyarakat, perawatan balita gizi buruk di layanan rawat jalan, perawatan balita gizi buruk di layanan rawat inap dan pemberian makanan tambahan untuk balita gizi kurang, disertai dengan konseling dapat berjalan dengan optimal bila ada keterlibatan aktif dari semua pihak, tidak hanya dari sektor kesehatan saja.

“Sama halnya untuk program percepatan penurunan stunting, keterlibatan aktif semua pemangku kepentingan, termasuk orangtua atau pengasuh balita sangatlah penting dalam upaya menurunkan angka prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti, Sabtu (24/4/2021).

Menurutnya, anak yang menderita gizi buruk berisiko meninggal hampir 12 kali dibandingkan anak sehat, dan selain itu anak balita gizi buruk jika tidak ditangani dengan benar berisiko menjadi anak dengan stunting. Anak gizi buruk juga mempunyai risiko untuk mengalami gangguan perkembangan otak seperti halnya anak dengan stunting. 

Pijat Refleksi

Sementara itu, Kepala Bidang Nutrisi UNICEF Indonesia Jee Hyun Rah mengatakan, dukungan RUTF dari UNICEF kepada Pemerintah Daerah Provinsi Banten diharapkan dapat membantu upaya pemenuhan hak anak, yakni pengentasan gizi buruk.

“Sehingga menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya serta mendukung upaya Pemerintah Daerah Provinsi Banten dalam mencegah stunting,” terangnya.

Dikatakannya, RUTF memiliki kandungan gizi lengkap, termasuk vitamin dan mineral, serta komposisinya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi balita gizi buruk yang rentan, sesuai rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO). Namun, tidak semua balita gizi buruk dapat dirawat di layanan rawat jalan dan mendapatkan terapi gizi RUTF. 

“Bila pada balita gizi buruk ditemukan komplikasi medis maka harus ia dirawat inap. Karenanya akan lebih baik jika balita dengan gizi buruk dapat ditemukan sedini mungkin sehingga mengurangi risiko balita jatuh ke kondisi lebih parah yang membutuhkan rawat inap,” katanya.

Selanjutnya kata dia, salah satu upaya untuk mendeteksi kondisi kesehatan dan gizi balita adalah dengan memastikan orang tua membawa anak balitanya ke Posyandu secara teratur. Selain itu, penapisan dini gizi kurang atau gizi buruk juga dapat dilakukan dengan mengukur lingkar lengan atas (LiLA) balita usia 6-59 bulan. (*/Faqih)

PJ Gubernur Banten
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien